Ringkasan Khotbah : Allah sebagai Bapa (Minggu, 8 Januari 2017)

Yak. 1:17
(Oleh : Pdt. Roby Setiawan)

Panggilan ‘Bapa’ di sini tidaklah berkonotasi biologis. ‘Bapa’ bermakna: Sumber hidup, yang memulai, yang melindungi, yang menafkahi.
Masyarakat Yahudi tidak menyebut Allah sebagai ‘Bapa’. Mereka memandang Allah sebagai YHWH, yang namaNya tidak boleh sembarangan diucapkan. Allah sebagai Pribadi yang transenden.
Dalam Injil, Yesus menyebut ‘BapaKu’: 53x. Yesus menyebut ‘Bapa kami’: 21 x. Yesus menyebut Allah sebagai ‘Bapamu’ : 21 x.
Makna Allah sebagai Bapa
1.    Menyatakan adanya hubungan yang bersifat pribadi dengan Allah. Agama-agama mengenal Allah sebagai Pencipta, bukan sebagai Penebus.  UmatNya tidak hanya menyebut Allah sebagai ‘Bapa’ tetapi sebagai ‘Abba’ (=daddy, Roma 8:15).
Tidak semua manusia adalah ‘anak-anak Allah’, hanya yang percaya kepada Tuhan Yesus (Yoh. 1:12); bukan sebagai ‘cucu/buyut Allah’ karena setiap orang percaya harus punya hubungan pribadi dengan Allah, tidak melalui pengantara orang lain, kecuali hanya melalui Tuhan Yesus saja.
Sebagai ‘anak-anak Allah’, umatNya:
a.   Punya akses langsung kepada Bapa Sorgawi via karya pengorbanan Yesus.
 b. Mewarisi segala janji Allah yang kekal yang tidak pernah berdusta.
 c. Menyatakan sifat-sifat dan moralitas Bapa Sorgawi, seperti seorang anak
     menyatakan sifat dan moralitas orang tuanya (Mat. 5:16).
2.    Menyatakan peristiwa yang sangat luar biasa. Org berdosa: musuh Allah
      (Roma 8:7; Ef 2:3). Oleh anugerah Allah saja—kita diselamatkan, tidak lagi jadi
      ‘musuh Allah’, tidak kena murka Allah dan dapat memanggil Allah sebagai ‘Bapa’.
3.    Menyatakan hubungan yang sangat istimewa. Bapa tahu yang BAIK bagi anak-anak Nya (Yak. 1:17). Yang BAIK bagi Tuhan tidak identik dengan yang kita anggap ‘baik’,yang kita inginkan / harapkan, yang enak / nyaman dan yang instant.
4.    Menyatakan kasih yang tidak pernah disesali (Roma 11:29; 2 Tim. 2:13).
Dalam perumpamaan ‘anak yang terhilang’ (Luk. 15), yang terhilang adalah ANAK. Si bungsu: selalu ingat hak, lupa kewajiban. Tuhan ijinkan si bungsu masuk ‘kandang babi’, dihinakan lebih rendah dari babi, agar dia ingat utk balik ke Bapa.  Si sulung terhilang karena: selalu ingat kewajiban, lupa hak (Luk. 15:29). Si sulung melayani ayahnya dengan mentalitas seorang budak, bukan dengan mentalitas seorang anak yang mengasihi Bapa Sorgawi.

5.    Menyatakan Diri Bapa yang kekal. Bapa manusiawi hanya fana (sementara).
0 Komentar untuk "Ringkasan Khotbah : Allah sebagai Bapa (Minggu, 8 Januari 2017) "

Back To Top