1.
Elohim
(disebutkan 2.701 kali). Kata ini adalah
bentuk plural dari Eloah dan berarti:
Allah yang tertinggi dan Pencipta. Kata ini menunjuk pada hubungan Allah
sebagai Pencipta dengan manusia. Secara etimologi, kata Elohim tidak jelas latar belakangnya. Kata itu mungkin berasal dari
akar kata yang berarti: KUAT. Kata ini juga dipakai untuk menyebut dewa/i
penyembahan berhala (Kej. 31:30; Kel. 12:12 ).
2.
El
(disebutkan 220 kali). Kata Nama EL adalah
kata dasar untuk keilahian yang terdapat
dalam berbagai bentuk di rumpun bahasa Semitic kuno. Kata ini sangat mungkin
berasal dari kata Ul yang berarti:
menjadi yang pertama, menjadi tuan, kuat dan ber-kuasa.[4]
Kata ini muncul 220 kali, khususnya di kitab Ayub, Mazmur dan Yesaya. Kata ini
sering disertai dengan kata sifat tertentu, misalnya: El-Shaddai (Allah mahakuasa, Kej. 17:1), El-Elyon (Allah
maha
tinggi, Kej. 14:20), dll.[5]
Menurut text-text Ugarit (abad 14 SM), nama EL dipakai untuk menyebut dewa
tertinggi dari dewa/i orang Kanaan. Yakub berkata, “El, the God of Israel” (Kej. 33:20).
3.
Eloah
(tertulis 56 kali). Kata ini berarti:
ketuhanan, yang ilahi, dan Allah. Biasanya, kata ini dipakai dalam bentuk puitis
(Ul. 32:15; Mz. 50:22; Am. 30:5). Kata Eloah
tertulis 41 kali di dalam kitab Ayub (ps. 3:4,23; 4:9,17; 5:17 , dll).
Jadi,
nama El, Eloah, dan Elohim adalah sebutan umum yang dipakai
pada waktu itu; maksudnya adalah bangsa-bangsa non-Yahudi pada waktu itu juga
menggunakannya.[6]
4.
Elah
(tertulis 76 kali). Kata ini diterjemahkan sebagai “Allah”. Kita bisa
mendapatkannya di dalam kitab Ezra (4:24 ;
5:1-17; 6:3-18, dll) dan kitab Daniel (2:11 -47;
3:12 -29; 4:2-9, dll).
5.
Tsur.
Kata ini hanya 1 kali, yakni Yesaya 44:8. Kata ini berarti: Gunung Batu dan
tempat perlindungan.
6.
Yahweh
(tertulis 6.437 kali). Yahweh adalah
nama khusus (nama perjanjian) yang dinyatakan Allah kepada umat-Nya. Kata ini
berasal dari 4 huruf konsonan bahasa Ibrani: YHWH (tanpa huruf hidup).
Bentuknya yg lebih pendek adalah YAH (Kel. 15:2, “YAH adalah kekuatanku”).
Bandingkan kata
“Hallelu-YAH—yg berarti: puji YAH. Kata ini sering muncul di kitab Mazmur.
Pelafalan dari kata YHWH di dalam PL tidaklah pasti, karena pada kata aslinya
tidak ada huruf hidupnya (cat.: huruf
hidup itu baru ditambahkan di salinan PL
dalam Masoretic Texts[7]).
Nama YHWH dianggap terlalu kudus untuk dilafalkan (bnd. Kel. 20:7; Im. 24:11).
Barulah Clement dari Alexandria (meninggal th 212 M) melafalkan YHWH
sebagai Iaue atau Iauai. Origen (meninggal th. 253 M) melafalkannya: Iae. Menurut Theodoret (meninggal
th. 457 M), ahli transliterasi kitab suci ke
dalam bahasa Yunani, berkata
bahwa masyarakat Samaria melafalkannya: Iabe
atau Iaba.
Sedangkan dalam bahasa Inggrisnya,
nama YHWH disebut JEHOVAH. Sebutan ini merupakan kombinasi antara konsonan:
YHWH ditambah dengan huruf hidup dari kata ADONAI (Tuhan).[8]
Pada umumnya banyak ahli
setuju bahwa kata YHWH berkaitan dengan kata HAWA (bentuk kuno dari kata HAYAH)
yang berarti: be, become, happen
(adalah, menjadi, dan terjadi). Jadi, nama YHWH berhubungan dengan kata kerja
aktif dan dinamis.
Di
dalam Keluaran 3:14, Allah menyebut Diri-Nya sebagai: EHYEH ASYER EHYEH (“Aku
adalah Aku”). Kata Ehyeh dalam tata
bahasa Ibrani adalah bentuk qal imperfect
dari kata HAYAH. Abram telah
mengenal nama YHWH (Kej. 15:7-8), “…I am YHWH who brought you out of Ur …. And he said, My
Lord YHWH ….” (Aku adalah YHWH yang telah membawa engkau keluar dari Ur …. Dan dia berkata,
Tuhanku YHWH ….).
Hagar
juga mengenal nama itu. “Kemudian Hagar
menamakan YHWH yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan ‘Engkaulah EL-ROI.’ Sebab katanya: ‘Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?”
(Kej. 16:13).
Nama
itu diperkenalkan kepada Yakub, “And,
behold, YHWH stood above it and said, I am YHWH, the God of your father Abraham, and the God of
Isaac ….” (Dan, lihat, YHWH berdiri di atasnya dan berkata, Akulah YHWH,
Allah nenek-moyangmu Abraham, dan Allah dari Ishak (Kej. 28:13a).
Di dalam Keluaran 6:2-3 Tuhan berkata, “Akulah TUHAN (YAHWEH), Aku telah menampakkan
Diri kepada Abraham, Ishak, dan Yakub sebagai Allah (EL) yang Mahakuasa
(SHADDAY), tetapi dengan nama-Ku TUHAN (YHWH) Aku belum menyatakan diri.”
Maksud dari ayat ini adalah kepada nenek moyang Musa, Allah telah menyatakan
Diri sebagai Allah yang mahakuasa dan memberikan banyak janji kepada mereka.
Namun, janji-janji itu (cat: yang berkenaan dengan tanah perjanjian) baru
digenapi pada jaman Musa dan generasi selanjutnya. Nama YHWH adalah berkaitan dengan the covenant name of God (nama dari Allah
yang berjanji).
Di dalam Yes. 42:8 tertulis, “ Aku ini YHWH, itulah namaKu . . . .”
Apakah benar bahwa YHWH adalah satu-satunya nama Allah? Di dalam ayat-ayat
lainnya, nama YHWH disejajarkan dengan nama ELOHIM atau EL; ketiga nama itu
dipakai secara bergantian, misalnya:
Yes.
43:12b, “… Kamulah saksi-saksiKu,”
demikianlah firman YHWH, “dan Akulah EL.”
Yes.
45:14b, “Beginilah firman YHWH, ‘. .
. mereka akan sujud kepadamu dan akan
membujuk engkau, katanya: Hanya di tengah-tengahmu ada EL, dan tidak ada yang
lain; di samping Dia tidak ada ELOHIM.”
Selain itu ada satu kata lainnya, yakni:
ADONAI. Kata ini sulit ditelusuri asal muasalnya. Namun makna dasarnya di dalam
bhs Ibrani adalah: lord, master, sir.
Sarah menyebut suaminya “adonai” (Kej.18:12). Adonai bisa berarti: tuan dari
budak (Kel. 21:5) dan orang-orang
tertentu yang memiliki otoritas. Kata
ini dikenakan kepada Allah yg menunjuk pada kekuasaan-Nya (Maz. 2:4, “Adonai mengolok-olok mereka”. Yesaya
7:7, “Thus says ADONAI YHWH….”
Kata Adonai lebih sering muncul
bersamaan dengan kata YHWH, dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris “the Lord
GOD” (Yes. 61:1) untuk membedakannya dengan “the Lord God” (Yahweh Elohim, Ezr.
9:15 ). Karena rasa hormat yang sangat besar kepada
nama YHWH, maka nama YHWH diganti dengan ADONAI di dalam bahasa lisan dan
tulisan.
Pada abad ketiga sebelum Masehi, Eliezer, Imam Besar agama Yahudi pada
waktu itu di Yerusalem mengirim 72 imam atau tua-tua Israel kepada raja Ptolomeus Philadelfus di Iskandaria
(Afrika Utara) untuk menerjemahkan Alkitab Ibrani (PL) ke dalam bahasa Yunani
yang kemudian dikenal dengan nama SEPTUAGINTA (LXX). Di dalam LXX ini nama “EL
/ ELOHIM / ELOAH” diterjemahkan menjadi THEOS dan nama YHWH diterjemahkan
menjadi KURIOS.[9]
Nama-nama Yunani itu kemudian dipakai juga oleh Tuhan Yesus, misalnya:
a.
Yesus menjawab
mereka, . . . . Akulah THEOS Abraham,
THEOS Ishak dan THEOS Yakub . . . . “ (Mat. 22:29,32).
b.
“Maka berkatalah
Yesus kepadanya, ‘Enyahlah, Iblis! Sebab
ada tertulis: Engkau harus menyembah KURIOS, THEOS-mu, dan hanya kepada Dia sajalah
engkau berbakti!” (Mat. 4:10).
c.
Sewaktu di atas
salib, Tuhan Yesus pernah berseru dengan suara nyaring, “ELI, ELI, lama sabakhtani? Artinya: THEOS-Ku, THEOS-Ku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku?” (Mat. 27:46). Di sini Tuhan Yesus memakai dialek bahasa Aramaic yang dikutipNya dari Mazmur
22:2. Menurut penelitian para ahli Kitab Suci, bahasa yang digunakan semasa
Tuhan Yesus melayani di dunia ini adalah bahasa Yunani. Bahasa ini dipakai
sebagai bahasa komunikasi umum regional, dan bahasa Aram sebagai dialek lokal
di Palestina (cat.: menurut para ahli, Tuhan Yesus berbicara di dalam bahasa
Aramaic). Bahasa Aram memiliki kemiripan dengan bahasa Ibrani.
Padahal, kata THEOS dipakai pula untuk
menyebut dewa-dewi kafir (Kis. 28:6; 1 Kor. 8:5). Demikian pula dengan kata
KURIOS juga dipakai untuk menyebut ilah-ilah
(1 Kor. 8:5). Namun, di dalam kekristenan, kedua kata itu diberi pemahaman
yang baru.
Dari
manakah asal-muasal kata “Allah” itu? Berikut
ini adalah penjelasannya. Nama diri Allah (EL) yang monotheis Abraham itu
kemudian terus-menerus dipercayai keturunan Abraham dan Hagar, yakni Ismael.
Nama EL itu kemudian berkembang dalam dialek Arab sebagai ALLAH. Penulis di dalam Encyclopaedia Britannica menjelaskan sbb,
“Kata
‘Allah’ berasal dari bahasa Arab yang
dipakai oleh orang Muslim dari berbagai bangsa untuk menyebut satu-satunya
Allah yang benar. Kata ini merupakan gabungan dari kata ‘Al’ dan ‘Ilah’ (cat.: kata ‘al’ adalah definite
article). Kata ‘Allah’ ditemukan di inskripsi-inskripsi (monumen dari batu) di
Syria dan Arab pada masa sebelum munculnya agama Islam.”[10]
Jadi, nama ‘Allah’ berasal Al-Ilah yang
berarti: The God. Nama ini merupakan sebutan standard dalam bahasa Arab
untuk God. Kata ini dipakai baik oleh
masyarakat Arab yang beragama Kristen maupun Islam.
PESHITA
adalah Alkitab terjemahan bahasa Aram-Siria. Kitab ini ditemukan pada awal abad
kelima (2 abad sebelum agama Islam lahir). Di dalamnya dituliskan kata ALAHA
untuk menyebut EL / ELOHIM / ELOAH. Ini
membuktikan,
bahwa jemaat Gereja Orthodox Siria telah lama menggunakan nama ALLAH. [11]
Namun, pada masa JAHILIYYAH di Mekah, nama
AL-ILAH kemudian mengalami kemerosotan pemaham-annya. Nama itu dipakai untuk
menyebut dewa air atau dewa-dewa lainnya, seperti dewa bulan, dewa gunung, dsb.
Menurut DR.
Daud H. Soesilo (konsultan Lembaga Alkitab se-dunia), kata ALLAH, dalam
Alkitab terjemahan bhs. Melayu dan bhs. Indonesia sudah digunakan
terus-menerus semenjak terbitan Injil Matius dalam bhs. Melayu yang pertama,
yakni terjemahan Mr. Albert Corneliz Ruyl
(1629); begitu pula di dalam terjemahan Alkitab bhs. Melayu yang pertama (oleh
Mr. Melchior Leijdekker, 1733), dan
terjemahan Alkitab Melayu yang kedua (oleh Mr. Hillebrandus Cornelis Klinkert, 1879) sampai saat ini.[12]
Setelah kita mengikuti uraian di atas, maka
berikut ini adalah kesimpulannya:
1. Sang
Pencipta pernah memperkenalkan DiriNya kepada manusia dengan memakai berbagai
nama yang dipahami oleh manusia dari berbagai bangsa. Di dalam Alkitab, Dia
pernah menamakan Diri-Nya sebagai: El, Elohim, Eloah, Elah, Tsur, Adonai, YHWH,
Theos, dan Kurios.
2.
Di dalam
masyarakat Arab, Sang Pencipta dipanggil dengan nama ALLAH. Dalam masyarakat
Cina, Ia disebut dengan nama SHANG TI[13].
Orang yang ber-bahasa Inggris menyebut-Nya sebagai GOD[14].
Bangsa-bangsa lainnya pasti mempunyai panggilan yang berbeda pula.
Apapun nama
panggilan-Nya, yang terpenting adalah apakah ada pemahaman yang benar
tentang Pribadi-Nya dan adakah persekutuan pribadi antara umat dengan DiriNya? Rasul Yohanes juga pernah menggunakan kata “Logos” yang telah dipahami oleh masyarakat Yunani beberapa
abad sebelum Injil diberitakan kepada mereka. Kata ‘Logos’ di dalam Stoicisme
adalah suatu prinsip yang mengatur alam semesta sehingga tidak
kacau-balau. Di dalam kekristenan, kata itu diberi pemahaman yang baru, yakni
‘Logos telah menjadi daging’ (menjadi satu pribadi yakni Tuhan Yesus Kristus,
Yoh. 1:14).
3.
Dari Alkitab kita
mengetahui, bahwa Sang Pencipta itu hanya dapat dikenal dan dihubungi secara
pribadi di dalam Diri Tuhan Yesus Kristus.
“Barangsiapa telah melihat Aku, ia
telah melihat Bapa….” (Yoh.14:9b, bnd. Yoh. 17:3; 1 Tim.2:5). Tuhan
menentang orang yang sering menyebut Nama-Nya, tetapi sebenarnya tidak
mempunyai hubungan Pribadi denganNya (mis. Mat. 7:22-23; Mrk. 24:5).
4.
Di dalam Alkitab,
NAMA bukan sekedar nama tetapi menunjuk pada PRIBADI orang itu. Misalnya: nama
‘Nabal’ (1 Sam. 25:25), nama ‘Abraham’ (=bapa dari banyak orang), Yesus (=
Juruselamat). Di dalam Kel. 34:14, YHWH memberi nama lain bagi Diri-Nya, yakni:
CEMBURUAN (Jealous), maksudnya:
Pribadi-Nya cemburuan. Dia tidak mau umatNya menyembah dewa/I lain (bnd. pula
Yes. 48:9). Syarat utama untuk menjadi ‘anak-anak Allah’ adalah ‘percaya dalam nama-Nya’,
maksudnya: memiliki persekutuan pribadi dengan Dia (Tuhan Yesus).
5.
Jadi, orang
Kristen di Indonesia boleh saja memakai nama ‘Allah’ di dalam menyebut Diri
sang Pencipta, Penebus dan Pemelihara hidup kita. Tuhan Yesus adalah
satu-satunya Perantara di antara Allah yang benar dengan manusia yang berdosa.
[1] Pdt.
Roby Setiawan meraih gelar Doctor of
Theology in Practical Theology di Asia Baptist Graduate Theological Seminary,
Baguio City-Philippines (1996). Gelar
Doktor tsb disetarakan di DIKTI Senayan-Jakarta November 2011. Ia sebagai Ketua Bidang Teologia & Pengajaran Sinode GKRI (anggota PGI & PGLII), Ketua Umum PGKS (Persekutuan Gereja-Gereja Kristen di
Semarang), dosen
pasca sarjana di beberapa seminary dan perintis serta gembala GKRI Roti Hidup, Semarang.
[3] Finis
Jennings Dake, Dake’s Annotated Reference Bible (Lawrenceville, Georgia:
Dake Bible Sales, Inc.,1981), “Complete Concordance – Cyclopedia Index, s. v. “God”.
[4]Louis Berkhof, Teologia
Sistematika: Doktrin Allah (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia,
1993), 70.
[5] Everett
F. Harrison, ed., Baker’s Dictionary of Theology (Grand Rapids, MI:
Baker Book House, 1994), s. v. “God”.
[6] Lawrence O. Richards, Expository
Dictionary of Bible Words (Grand Rapids, MI: Zondervan Publishing House,
1991), s. v. “God”.
[7] Masoretic Texts dibuat
oleh kaum Masoretes yang terdiri dari
para ahli kitab Yahudi pada abad ke 6-10 M. Mereka bekerja keras untuk
memelihara dan meneruskan text-text Perjanjian Lama (Geoffrey W. Bromiley, The
International Standard Bible Encyclopedia, vol. 4 [Grand Rapids, MI: Wm B.
Eerdmans Publishing Co., 1993], s. v. “Text and MSS of the OT”).
[8]Walter Yust, ed., Encyclopedia Britannica: A New Survey of
Universal Knowledge, vol. 12
(Chicago: Encyclopedia Britannica, Ltd, 1955), s. v. “Jehovah’.
[10]Walter Yust, Encyclopedia Britannica: A New
Survey of Universal Knowledge, vol. 1, s. v. “Allah’.
[13] Kata ‘Shang Ti’ berarti
dewa Langit, yaitu dewa yang tertinggi di antara banyak dewa/i lainnya di dalam
kepercayaan masyarakat Cina.
[14] Kata ‘God’ berasal dari
panggilan bangsa-bangsa Teutonic (Anglo
Saxon, Belanda, Jerman, dan Scandinavia) terhadap obyek sembahan mereka.
Seperti kata ‘Theos’ di Yunani dan ‘Deus’ di latin, kata ini ditujukan kepada
semua keberadaan ilahi yang melampaui manusia dan menguasai alam serta manusia
di dalam mitologi penyembahan berhala mereka.
Di dalam etimology
populer, kata ‘God’ dikaitkan dengan kata ‘good’ (=baik). Menurut The New English Dictionary, kata asli
dari ‘God’ adalah GHEU (cat.: akar kata bahasa
Aryan) yang berarti: ‘to invoke’ (memanggil Allah) dan menuangkan (dalam
upacara persembahan korban).
Kemudian ketika Injil
dikabarkan kepada masyarakat ini, kata ‘God’ dipakai untuk menyebut Allah Sang
Pencipta, Allah yang Tritunggal (Walter Yust, Encyclopedia Britannica: A New
Survey of Universal Knowledge, vol. 10, s. v. “God”).
1 Komentar untuk "Apakah Nama ‘Allah’ Bisa Digunakan?"
Shalom bapak, ibu saudara/i di manapun berada. Apakah Sudah ada yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael? Ini adalah kalimat pengakuan iman orang Yahudi yang biasa diucapkan pada setiap ibadah mereka baik itu di rumah ibadat atau sinagoga maupun di rumah. Yesus juga menggunakan Shema untuk menjawab pertanyaan dari seorang ahli Taurat mengenai hukum yang utama. Kita dapat baca di Ulangan 6 ayat 4 dan pernah juga dikutip oleh Yesus di dalam Injil Markus 12 : 29. Dengan mengucapkan Shema, orang Yahudi mengakui bahwa YHWH ( Adonai ) Elohim itu esa dan berdaulat dalam kehidupan mereka. Berikut teks Shema Yisrael tersebut dalam huruf Ibrani ( dibaca dari kanan ke kiri seperti huruf Arab ) beserta cara mengucapkannya ( tanpa bermaksud untuk mengabaikan atau menyangkal adanya Bapa, Roh Kudus dan Firman Elohim yaitu Yeshua haMashiakh/ ישוע המשיח, yang lebih dikenal oleh umat Kristiani di Indonesia sebagai Yesus Kristus ) berikut ini
Teks Ibrani Ulangan 6 ayat 4 : ” שְׁמַ֖ע ( Shema ) יִשְׂרָאֵ֑ל ( Yisrael ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֱלֹהֵ֖ינוּ ( Eloheinu ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֶחָֽד ( ekhad )
”
Lalu berdasarkan halakha/ tradisi, diucapkan juga berkat: ” ברוך שם כבוד מלכותו, לעולם ועד ” ( " barukh Shem kevod malkuto, le’olam va’ed " ) yang artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selama-lamanya " ). Apakah ada yang mempunyai pendapat lain?.
🕎✡️🤚🏻👁️📜🕯️🕍✝️🤴🏻👑🇮🇱🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐟🐍₪