Apakah
Orang Kristen Bisa Murtad?
“Dahulu si Jenny
itu aktif ke gereja. Ia, bahkan pernah menjadi ketua komisi Remaja di gereja
kami. Tetapi sayang, ia berpacaran dengan orang non-Kristen dan menikah
dengannya. Sudah lima tahun ini, Jenny tak pernah ke gereja, bahkan
kedengarannya ia malah melarang kedua anaknya untuk Sekolah Minggu. Apakah si
Jenny sudah murtad?”
Pertanyaan seperti itu sering menjadi bahan diskusi di
antara umat Tuhan. “Apakah orang Kristen bisa menjadi murtad[2]?”
Untuk menjawabnya, mari kita ikuti diskusi berikut ini.
Teologia
keselamatan yang Alkitab ajarkan adalah bersifat Theocentris, yakni: Allah yang berinisiatif menyelamatkan manusia.
Setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah-lah yang mencari manusia
dengan pertanyaan, “Di manakah engkau?”
Menarik untuk diper-hatikan, Allah tidak bertanya, “Apa yang engkau per-buat?” Ia bertanya, “Di manakah engkau?” Berarti, di hadapan Allah, yang terlebih
dahulu diperhatikan adalah posisi dan
status manusia bukan perbuatan
mereka. Perbuatan adalah ‘buah’ dari posisi atau status manusia. Misalnya:
jikalau statusnya adalah sebagai ‘orang berdosa’, maka perbuatannya pastilah
dosa.
Di dalam bagian
firman lainnya dikatakan, bahwa Allah telah memilih umat-Nya sebelum dunia
diciptakan (Ef. 1:4). Pilihan ini tidaklah berdasarkan sifat keadilan[3] tetapi
kasih karunia Allah (Roma 3:24). Jikalau berdasar-kan sifat keadilan-Nya, maka tidak
ada seorang manusiapun yang layak dipilih dan diselamatkan, karena setiap
manusia adalah pendosa.
Pilihan Allah
juga tidak berdasarkan sifat kemaha-tahuanNya. Maksudnya, ada sebagian penafsir
mengata-kan, bahwa Allah sudah sejak dahulu kala mengetahui bahwa seseorang akan
percaya kepada-Nya; oleh karena itu orang itu dipilih-Nya. Penafsiran ini
mendahulukan respon manusia daripada inisiatif Ilahi. Padahal, bagaimana orang
berdosa bisa dan mau percaya kepada Tuhan Yesus jikalau tanpa pertolongan Roh
Kudus? Bukankah Paulus pernah berkata, “Tidak
ada seorangpun yang dapat mengaku, ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus”
(1 Kor. 12:3c).
Dapatkah manusia
yang berdosa memilih untuk percaya kepada Allah di dalam Yesus Kristus?
Bukankah manusia seringkali salah pilih, misalnya: salah pilih buah, salah
pilih barang, salah pilih partner hidup, dll? Untuk hal yang kelihatan saja, manusia
seringkali salah pilih, apalagi memilih Allah yang tidak terlihat. Oleh karena
itu, Yesus pernah berkata, “Bukan kamu
yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu....” (Yoh. 15:16).
Allah yang
memilih, Dia juga yang melakukan follow
up (tindak lanjut) atas pilihanNya itu, seperti yang tertulis di dalam Roma
8:29-30,
“Sebab
semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka yang ditentukanNya
dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, AnakNya
itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang
ditentukanNya dari semula, mereka itu juga yang dipanggilNya. Dan mereka
yang dipanggilNya, mereka itu juga yang dibenarkanNya. Dan mereka yang
dibenarkanNya, mereka itu juga yang dimuliakanNya.”
Allah yang memilih, kemudian
Ia menentukan, memanggil, membenarkan dan memuliakan umat pilihan-Nya. Allah senantiasa
berkarya secara tuntas. Rencana-Nya tidak pernah gagal, seperti yang dikatakan Ayub,
“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan
segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal” (Ayub 42:2).
Jikalau ada
sebagian umat pilihanNya murtad, bukankah itu berarti bahwa rencana-Nya gagal?
Itu tidak mungkin! Umat pilihan Allah pasti dipelihara iman dan ketekunan
mereka sampai pada akhirnya. Allah itu setia adanya, dan kesetiaanNya itu
melebihi ketidak-setiaan manusia (Fil. 1:6; Roma 11:29; 2 Tim. 2:13).
Umat pilihan
Allah tidak identik dengan semua orang yang mengaku diri ‘Kristen’. Sebab, ada
orang yang mengaku ‘Kristen’ tetapi belum sungguh-sungguh percaya dan menerima
Tuhan Yesus sebagai Juruselamat di dalam hati mereka. Kekristenan mereka hanya
sekedar tradisi dan belum dilahir-barukan oleh Roh Kudus. Sebaliknya, mungkin
saja ada sebagian orang yang karena tekanan tertentu dari masyarakat, belum
bisa pergi ke gereja. Tetapi di dalam hati mereka sudah beriman kepada Tuhan
Yesus Kristus. Pada saatnya, mereka akan secara terus-terang menyatakan iman
mereka di hadapan orang banyak.
Umat pilihan
disebut sebagai ‘milik pusaka’ yang dikaruniakan Bapa kepada sang Anak (Maz.
2:8). Di dalam kitab Injil, umat pilihan-Nya disebut sebagai ‘domba-domba
Tuhan’ yang dikaruniai hidup kekal. Mereka berada di dalam perlindungan tangan
Anak dan Bapa, dan tidak ada seorangpun yang dapat merebut mereka dari tangan
Bapa dan Anak (Yoh. 10:27-30).
Di dalam
perumpamaan ‘Anak yang terhilang’, yang terhilang adalah ‘anak’ (Luk. 15). Si
bungsu terhilang karena selalu ingat hak dan lupa kewajibannya; akibat-nya dia
berfoya-foya, memuaskan nafsunya sendiri dan lupa untuk melayani Bapanya (Luk.
15:12). Sedangkan si sulung juga terhilang karena selalu ingat kewajiban dan
lupa haknya sebagai anak. Si sulung memang rajin melayani, tetapi pelayanannya
dilakukan dengan mentalitas seorang budak, yakni secara terpaksa dan tidak ada
sukacita. Seharusnya, si sulung melayani Bapanya dengan mentalitas seorang anak
yang melayani secara penuh kasih (bnd. ay. 29-31). Untuk menyadarkan si bungsu,
ia diijinkan masuk kandang babi, dan dihina lebih rendah dari babi (ay. 16).
Barulah setelah itu si bungsu bisa menghargai kasih Bapanya. Tuhan bisa memakai
berbagai macam pengalaman hidup yang pahit untuk membawa umatNya yang terhilang
untuk bertobat dan kembali ‘ke rumah Bapa’.
Umat pilihan
Allah mungkin melakukan dosa terha-dap Roh Kudus, yakni ‘mendukacitakan’ atau
‘mema-damkan’ Roh Kudus (Ef. 4:30; 1 Tes. 5:19). ‘Mendukacita-kan Roh Kudus’
berkaitan dengan perbuatan moral yang tidak sesuai dengan kesucian Tuhan.
‘Memadamkan Roh’ berhubungan dengan sikap perlawanan seseorang terhadap gerakan
Roh yang mendorongnya untuk melayani Tuhan. Jikalau kedua dosa itu dilakukan,
maka orang itu akan didisiplin oleh Roh Kudus.
Dosa ‘menghujat
Roh Kudus’ tidak mungkin dilaku-kan oleh umat pilihan-Nya (Mat. 12:31-32). Dosa
ini bisa terjadi pada diri orang-orang yang belum percaya kepada Tuhan Yesus.
Maksudnya adalah: Roh Kudus telah bekerja berulang kali untuk menyadarkan
seseorang agar bertobat (Yoh. 16:8-10); namun, orang itu terus-menerus
mengeraskan hatinya, bahkan sampai saat
kematiannya. Orang itu sudah jatuh ke dalam dosa ‘menghujat Roh Kudus’.
Bagaimana dengan
Yudas Iskariot? Bukankah ia pernah dipilih, bahkan menjadi salah satu rasul
Tuhan, namun murtad? Injil Yohanes 17:12 menjawab hal ini. Tuhan Yesus menyebut
Yudas Iskariot sebagai: “dia yang telah
ditentukan untuk binasa” (the son of
perdition/ destruction=anak kebinasaan[4]). Jadi,
Yudas Iskariot sebe-narnya bukan termasuk ‘umat pilihan Allah’ yang dipilih
sebelum dunia diciptakan, walaupun ia pernah diberi kesempatan untuk menjadi
salah satu rasul Tuhan, bahkan pernah menjadi bendahara-Nya, walaupun korupsi
(Yoh. 12:5-6).
Kitab Ibrani
6:4-6 sering diperdebatkan dan disalah-tafsirkan oleh sebagian orang,
“Sebab
mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia Sorgawi, dan
yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik
dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi,
tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab
mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya di muka
umum”.
Siapakah orang
yang paling cocok menjadi contoh dari ayat di atas? Yudas Iskariot adalah
contoh yang sangat jelas. Ia pernah diterangi hatinya, pernah mengecap karunia
Sorgawi, pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus. Bukankah Yudas Iskariot,
bersama dengan kesebelas rasul lainnya, pernah diutus oleh Tuhan Yesus dan
diperlengkapi dengan kuasa Roh untuk
melakukan mujizat serta mengusir roh jahat (Mat. 10:5-8)? Ia juga pernah
mengecap firman yang baik, bahkan langsung diajar oleh Sang Firman Hidup yakni
Tuhan Yesus sendiri. Ia-pun pernah mengecap karunia-karunia dunia yang akan
datang, yakni melihat dan mengalami berbagai mujizat dari Tuhan Yesus. Namun,
Yudas Iskariot bukanlah bagian dari umat pilihan Allah. Dia kembali ke jalannya
yang semula, yakni jalan orang berdosa. Penebusan bukanlah untuk orang-orang seperti ini. Anak Allah tidak mungkin
disalibkan lagi.
Jikalau umat
pilihan Allah tidak mungkin murtad, apakah itu berarti bahwa mereka bisa hidup
sembarangan saja? Tidak boleh! Sebab Roh
Kudus dikarunia-kan untuk membimbing, menguatkan, menegor dan mendisiplin
setiap umat Tuhan (bnd. Ibr. 12:5-9). Mungkin saja, untuk sementara waktu,
beberapa umat Pilihan Tuhan seperti undur dan ‘terhilang’. Mereka tidak lagi setia berbakti dan
melayani-Nya selama beberapa saat. Namun, Tuhan pasti memberi kesempatan bagi
mereka untuk bertobat selagi masih hidup di dunia. Benarlah seperti yang
dituliskan oleh rasul Paulus, “Jika kita
tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya” (2
Tim. 2:13). “Sebab Allah tidak menyesali
kasih karunia dan panggilan-Nya” (Roma 11:29).
Apakah umat
pilihan Allah akan dihakimi oleh Allah pada akhir jaman nanti? Ya! Allah yang adil akan meng-hakimi semua
manusia, termasuk umat pilihanNya. Bahkan, umat-Nya akan dihakimi lebih dahulu,
seperti yang dikatakan oleh rasul Petrus,
“Karena
sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah
sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu
dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya
pada Injil Allah? Dan jika orang benar hampir-hampir
tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang
berdosa?” (1 Pet. 4:17-18).
Hal yang senada diajarkan
oleh rasul Paulus di dalam suratnya kepada jemaat Korintus,
“Karena
tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah
diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas dasar ini
dengan emas, perak, batu permata (cat.: benda-benda yang sudah lewat dari api pengujian), kayu, rumput kering atau jerami (cat.: benda-benda yang belum
lewat api pengujian), sekali kelak
pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakan-nya,
sebab Ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang
akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia
akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan men-derita kerugian,
tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api” (1
Kor. 3:11-15).
Umat Allah akan
dihakimi berdasarkan keadilan-Nya, dan mereka akan diselamatkan berdasarkan
kasih karunia Ilahi. Dari 1 Kor. 3:11-15, kita bisa simpulkan, bahwa
penghakiman Tuhan bagi umat pilihanNya bukanlah untuk menentukan keselamatan,
tetapi untuk menentukan ‘upah’ (hadiah dan pahala). Di dalam upacara wisuda,
semua wisudawan pasti lulus. Namun, ada beberapa orang yang mendapatkan
kemuliaan khusus, yakni karena prestasi, kerajinan dan ketekunan, mereka
mendapat ‘award’ (hadiah) dari almamater. Tentunya, kebahagiaan yang mereka
rasakan dan alami jauh melebihi dari para wisudawan lainnya yang hanya sekedar
lulus.
Jadi
kesimpulannya: apakah orang Kristen bisa murtad? Bisa saja! Tetapi, umat pilihan Tuhan tidak
akan murtad. Iman mereka akan
dipelihara oleh kesetiaan Allah sampai pada akhirnya. Biarlah segala kemuliaan
bagi nama Tuhan saja, “Sebab segala
sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan
sampai selama-lamanya” (Roma 11:36).
[1] Pdt.
Roby Setiawan meraih gelar Doctor of
Theology in Practical Theology di Asia Baptist Graduate Theological Seminary,
Baguio City-Philippines (1996). Gelar
Doktor tsb disetarakan di DIKTI Senayan-Jakarta November 2011. Ia sebagai Ketua Bidang Teologia & Pengajaran Sinode GKRI (anggota PGI & PGLII), Ketua Umum PGKS (Persekutuan Gereja-Gereja Kristen di
Semarang), dosen
pasca sarjana di beberapa seminary dan perintis serta gembala GKRI Roti Hidup, Semarang.
[2] Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘murtad’ diartikan sebagai
berbalik arah, berbalik menjadi kafir, membuang iman, dan berganti menjadi
ingkar.
[3] Keadilan bukanlah sama
rata. Keadilan berarti setiap orang memperoleh bagiannya sesuai dengan hak dan
kewajibannya.
[4] Terjemahan ‘dia yang telah ditentukan untuk
binasa’ kurang tepat. Yang benar adalah ‘anak kebinasaan’. Sebagai perbandingan-nya, kalimat “dia yang telah
ditentukan untuk nakal” adalah tidak sama dengan: “dia adalah anak nakal”.
0 Komentar untuk "Apakah Orang Kristen Bisa Murtad?"