Tafsiran Matius 27



Disiapkan oleh: Pdt. Roby Setiawan, D.Th.

Kekalahan Pilatus di Dalam Menegakkan Keadilan
Matius 27:1-2,11-26

1.    Ayat 1-2 menyatakan adanya rapat singkat di Sanhedrin (Mahkamah Agama Yahudi) yg diadakan pagi-pagi sekali pada hari Jumat. Tujuannya: untuk mem-formulasikan tuduhan resmi terhadap Yesus.
2.    Sebagai bangsa terjajah, otoritas Yahudi tidak dapat menjatuhkan hukuman mati kepada terdakwa. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh otoritas Romawi, sebagai bangsa penjajah.[1]
3.    Karena hal itu, maka Sanhedrin berusaha mencari dakwaan politis yang bisa diterima oleh otoritas Romawi untuk vonis hukuman mati. Injil Matius tidak menuliskan macam dakwaan tsb, namun injil Lukas menuliskannya, “Di situ mereka mulai menuduh Dia, katanya: ‘Telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami, dan melarang membayar pajak kepada Kaisar, dan tentang diri-Nya Ia mengatakan, bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja’ (Luk. 23:2).
4.    Dari Mat. 27:1-2,11-26, kita mendapat kesan akan Pilatus yang ‘kalah perang’. Sebenarnya, Pilatus tidak mau menghukum Yesus.
a.    Pilatus terkesan dengan Pribadi Yesus. Dengan instingnya sebagai seorang yang beberapa kali memimpin peperangan, Pilatus tahu, bahwa Yesus sebenarnya tidak meng-klaim sebagai ‘raja orang Yahudi’ secara politis (ay. 18).Dilain pihak, dari pembicaraan yang cukup panjang dengan Yesus, Pilatus merasakan adanya kuasa Ilahi dariNya. Namun, Pilatus menolak untuk tunduk kepada kuasa tsb. Pilatus mencari jalan untuk ‘lari’ dari tanggung jawab etisnya.
b.    Telah menjadi kebiasaan dalam Perayaan Paskah, ada seorang tawanan Yahudi yang dibebaskan oleh otoritas Romawi. Di Gaol, ada seorang penjahat yang bernama Barabbas(=anak Bapak).Kemungkinan, ia adalah seorang perampok atau seorang pemimpin gerakan revolusi yang bersifat politis.[2]  Barabbas juga disebut ‘Yesus’ (ay. 16).
c.    Pada waktu itu, sebagian orang bernama ‘Yesus’ (nama Yunani); sedangkan nama Ibraninya adalah ‘Joshua’ (=Juruselamat). Agar tidak salah, Pilatus menyebut Yesus dengan penjelasan ‘yang disebut Kristus (ay. 17).
d.    Pilatus berusaha untuk lepas tangan dari tanggung jawabnya di dalam menghukum Yesus. Hal ‘membasuh tangan’ adalah kebiasaan orang Yahudi.
Dan semua tua-tua dari kota yang paling dekat dengan tempat orang yang terbunuh itu, haruslah membasuh tangannya di atas lembu muda yang batang lehernya dipatahkan di lembah itu, dan mereka harus memberi pernyataan dengan mengatakan: Tangan kami tidak mencurahkan darah ini dan mata kami tidak melihatnya” (Ul. 21:6-7).
e.    Pilatus telah diperingatkan oleh rasa-keadilannya, hati nuraninya, juga oleh istrinya yang telah menceritakan mimpinya tadi malam (ay. 19). Namun, Pilatus tidak mau melawan tuntutan gerombolan Yahudi yang sedang berkumpul itu waktu itu, karena ada beberapa pertimbangan politis yang sedang berkecamuk di pikirannya (lihat artikel tentang ‘Pontius Pilatus’).

Penghinaan dari Para Prajurit Romawi
Matius 27:27-31

1.    Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukanberkumpul sekeliling Yesus” (ay. 27). Kata ‘seluruh pasukan’ dalam bahasa Yunani adalah speira yang kalau kumpul semua, mereka berjumlah 600 prajurit Romawi.[3] Mereka adalah para pengawal Pilatus yang mengawalnya dari Kaisarea, tempat tinggalnya. Kemungkinan besar para prajurit tsb (yg berasal dari berbagai bangsa dan tinggal di Kaisarea) tidak tahu menahu tentang siapa itu Yesus, karena tidak ada seorangpun dari mereka yang beretnis Yahudi (cat.: orang Yahudi adalah satu-satunya bangsa di bawah kekaisaran Romawi yang dibebaskan dari wajib militer Romawi). Jadi, kemungkinan, mereka tidak melakukan penyiksaan terhadap Yesus berdasarkan pengetahuan (seperti Pilatus) tetapi berdasarkan tugas saja. Mungkin, bagi para prajurit Romawi tsb, Yesus dianggap sebagai seorang Galilea yang bermimpi untuk menjadi ‘raja Israel’.
2.    Inilah urutan kejadian dari drama penyaliban: setelah berdarah-darah karena cambukan, sang terpidana diikat di kayu salib. Di tempat itulah, penjahat tsb tergantung kehausan, kelaparan, dan terjemur panas matahari. Sang terpidana tidak dapat mempertahankan diri, bahkan terhadap gigitan serangga dan lalat sekalipun yang menggigiti tubuhnya yang telanjang dengan luka-lukanya.
3.    Drama awal yang menakutkan dari penyaliban Yesus dimulai.Para prajurit Romawi menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala Yesus (lihat artikel tentang ‘mahkota duri’), lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kananNya. Kemudian mereka berlutut di hadapanNya dan mengolok-olok Dia, katanya: “Salam, hai raja  orang Yahudi!” (ay. 29). Mereka meludahi dan mengambil buluh itu serta memukulkannya ke kepalaNya (ay. 30).
4.    Setelah itu, Tuhan Yesus mengalami hukuman cambuk dari tentara Romawi. Biasanya, sang terpidana dibuka bajunya, tangannya diikat ke belakang pada suatu tonggak, postur punggungnya dibungkukkan, sehingga para prajurit dapat dengan leluasa mencambukinya.
5.    Hukuman cambuk selalu mendahului penyaliban.  Cambuk itu terbuat dari tali kulit, diselang-seling dengan taburan banyak potongan tulang dan butir-butir timah. Hukuman ini membuat tubuh yang telanjang menjadi terkelupas kulitnya, sehingga daging yang memerah terlihat jelas karena berlumuran darah segar. Ada terpidana yang jatuh pingsan karenanya, bahkan ada pula yang mati.

Salib yg Memalukan tetapi Menyelamatkan
Mat. 27:32-44

1.    Hukuman salib berasal dari Persia. Asal muasal kepercayaannya adalah sbb.: bumi dianggap keramat karena miliknya Ormuzd (dewa tanah orang Persia), sehingga sang penjahat harus diangkat dan dipisahkan dari tanah, agar tidak mencemari tanah. Dari Persia, hukuman salib diadopsi oleh masyarakat Kartago di Afrika Utara; dan dari tempat itulah, orang-orang Romawi mempelajari dan menerapkannya bagi para pemberontak politis, para budak yang melarikan diri dan bagi para kriminal yang terendah levelnya. Hukuman ini tidak boleh diterapkan kepada para warga negara Romawi.
2.    Ada hal yang menjadi kebiasaan, sang terdakwa harus memikul balok salibnya sendiri (cat.: kayu palangnya yg akan dipasang menyamping, sedangkan balok salib yang vertikal sudah tersedia di tempat eksekusi). Tuduhan mengapa orang itu disalibkan tertulis di papan, yang digantung di lehernya; atau ada pula yang dibawa oleh seorang prajurit yang berjalan di muka prosesi. Papan tsb kemudian dipantekkan di atas salib tsb. Jalan yang harus ditempuh oleh sang terdakwa diusahakan sejauh mungkin, disaksikan oleh sebanyak mungkin orang, sehingga menimbulkan rasa takut di dalam hati banyak orang.
3.    Sepanjang malam, Yesus sudah menjalani beberapa tahapan pengadilan, kemudian Dia dicambuki, sehingga pastilah tubuh Yesus sangat kelelahan. Akibatnya, Yesus harus dibantu oleh Simon Kirene untuk memikul balok salib tsb. Sebagai bangsa Yahudi yang terjajah, seorang prajurit Romawi cukup meletakkan tombaknya di bahu salah seorang Yahudi, maka orang itu harus rela memikul salib tsb, walaupun hal tsb sangat tidak disukainya.
4.    Kirene terletak di Afrika Utara. Kemungkinan, Simon Kirene, yang adalah orang Yahudi juga, sedang berada di Yerusalem untuk menghadiri upacara Paskah. Dalam Markus 15:21 disebutkan, bahwa Simon Kirene adalah ayah dari  Aleksander dan Rufus. Kedua orang itu adalah orang terkenal di gereja mula-mula. Kemungkinan sekali, pada mulanya Simon Kirene memikul salib tsb dengan kesal hati. Namun, ketika ia melihat, bahkan kemungkinan sempat bicara dengan Yesus, yang sama-sama memikul salib itu, Simon terbuka hatinya untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Lalu, iman tsb diajarkan kepada kedua anaknya itu.
5.    Penyaliban dilakukan di bukit yang disebut Golgota, yang berarti: tengkorak (Mrk. 15:22), karena bentuknya yang seperti itu. Setelah sampai di tempat, sang kriminal disulakan ke salib; paku dipantekkan ke kedua tangannya. Pada saat itu, bertujuan untuk mematikan rasa sakit, sang kriminal diberi obat bius berbentuk air anggur (ay. 48), yg disiapkan oleh perempuan-2 kaya di Yerusalem sebagai wujud kemurahan hati mereka.
6.    Sang kriminal disalibkan dengan telanjang, kecuali sepotong kain untuk menutupi bagian pinggangnya. Baju sang kriminal menjadi milik para prajurit sebagai bonus bagi mereka. Setiap pria Yahudi biasanya memakai: sepatu, ikat kepala, korset, pakaian dalam (dari bahu sampai ke kaki), dan jubah. Empat prajurit mendapat bagian dari keempat barang-2 tsb, sedangkan jubah adalah barang yang paling mahal, sehingga mereka mengundinya (ay. 35; bnd. Yoh. 19:23-24). Ini adalah penggenapan nubuat dalam Mazmur 22:19.
7.    Mat. 27:40 mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!"
7.Ini adalah salah satu bukti salah paham dari orang-orang Yahudi terhadap perkataan Yesus. Yesus pernah mengucapkan kalimat ini yang menunjuk pada tubuhNya sendiri (Yoh. 2:19-21).
8.    "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya” (Mat. 27:42). Rasul Paulus pernah berkata, “Orang Yahudi menuntut keajaiban sebagai bukti” (1 Kor 1:22a, BIS). Orang-orang Yahudi mau melihat Allah dalam kuasa& mukjizatNya; tetapi Yesus menyatakan Allah dalam kasih yang rela berkorban.

Kemenangan pada Akhirnya
Mat. 27:45-50

1.    Injil Markus yg memberitahu waktu secara detil. Tuhan Yesus disalibkan pada jam 9 pagi (Mrk. 15:25), kemudian Ia mati pada pk. 3 sore (Mrk. 15:34). Jadi, Yesus tergantung di atas salib selama 6 jam. Biasanya, ada sebagian kriminal (di luar tanah Israel) yg tergantung di salib selama beberapa hari. Mengapa Yesus hanya 6 jam saja? Karena Yesus sudah mencurahkan banyak darah pada saat Dia dicambuki.
2.    Mat. 27:46-- Pukul tiga sore, Yesus berteriak dengan suara keras, "Eli, Eli, lama sabakhtani?" yang berarti, "Ya Allah-Ku, ya Allah-Ku, mengapakah Engkau meninggalkan Aku?"
2.Ini adalah penderitaan yang sangat berat bagi Yesus. Sebenarnya, hubunganNya dengan Allah Bapa sangatlah eksklusif, sehingga Ia berkata: “Aku dan Bapa adalah SATU” (Yoh. 10:30). Ini bukan berarti, bahwa Pribadi Yesus adalah sama dengan Pribadi Bapa. Pribadi Bapa bukanlah Pribadi Yesus. Ini dibuktikan dengan kejadian pada waktu Yesus dibaptiskan: ada pribadi Anak yang baru saja dibaptiskan; ada Pribadi Bapa yang berkata “Inilah Anak yang Aku kasihi....”’ dan ada Pribadi Roh Kudus dalam bentuk burung merpati (Mat. 3:16-17). Kalau Yesus berkata, “Aku dan Bapa adalah SATU” itu berarti: hubungan antara Pribadi dan Anak adalah begitu eksklusifnya. Ini bisa kita bandingkan dengan seorang pria dan seorang perempuan yang diberkati dalam pernikahan kudus, maka sang pendeta berkata, “Dua pribadi ini telah menjadi SATU. Apa yang telah disatukan oleh Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia” (Mat. 19:5-6). Namun, pada waktu sang Anak memikul dosa segenap umatNya, hubungan yang eksklusif tsb untuk sementara terputus, sehingga Yesus tidak memanggil Allah sebagai ‘Bapa’ tetapi sebagai ‘Allah’. Dia sedang berada di posisi umatNya yang berdosa, dan berteriak, “"Ya Allah-Ku, ya Allah-Ku, mengapakah Engkau meninggalkan Aku?"
2.Ini adalah penggenapan nubuat dalam Mazmur 22:2. Padahal, Yesus tidaklah berdosa (bnd. 2 Kor. 5:21).
3.    "Eli, Eli, lama sabakhtani?" (Mat. 27:46a). Teriakan Yesus kemungkinan disalah mengerti oleh para prajurit Romawi, yg berlatar belakang mitologi Yunani, yang sedang berjaga-jaga di sekitar salibNya. Di dalam mitologi mereka, nama salah satu dewa yang tertinggi adalah Hellos(dewa matahari), dan biasa dipanggil “Helie!” Kemungkinan, para prajurit Romawi berpikir bahwa Yesus sedang memanggil dewa tertinggi mereka untuk menolong diriNya.[4] Namun, bagi orang-orang Yahudi, mereka berpikir, bahwa Yesus sedang memanggil nabi Elia yang mereka yakini akan datang lagi (bnd.: salah tafsir mereka tentang Maleakhi 4:5. Padahal, ayat tsb sudah digenapi dalam diri Yohanes Pembaptis--Mat. 11:13-14).
4.    Menurut Alkitab, makna dari ‘kematian’ adalah: keterpisahan. Kematian jasmani adalah: terpisahnya bagian tubuh dan rohani seseorang. Kematian rohani adalah terpisahnya manusia dengan Allah sang Sumber Hidup. Kematian kekal adalah: terpisahnya manusia dengan Allah untuk selama-lamanya. Ketika sedang memikul dosa umatNya, Yesus sempat mengalami ‘kematian rohani & neraka’, tetapi untuk sementara waktu saja, karena Ia menang! Amin!
5.    Mat. 27:50 “Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.”
5.Di dalam Lukas 23:46 dikatakan, Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.
5.Yoh. 19:30, dikatakan, Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
5.Di atas salib, Yesus tidaklah kalah. Ia tetap memegang kendali. Iblis tidak bisa merampas nyawaNya. Seruan ‘tetelestai’ (‘sudah selesai’, Yoh. 19:30) adalah seruan seruan seorang juara bukan pecundang! Dia telah menyelesaikan tugas yang diberikan Allah Bapa, yakni untuk menebus umatNya yang berdosa (Yoh. 10:18; Mat. 1:21).


Sebagian Bukti Kemuliaan Yesus
Mat. 27:51-56

1.    Seorang pengkotbah besar pernah berkata, “Bukti kemuliaan hidup seseorang terlihat pada saat ia meninggal.” Ada beberapa hal ajaib yg terjadi pada saat Yesus mati di salib: kegelapan yang terjadi selama 3 jam (dari jam 12-15), tabir Bait Allah terbelah dua dari atas sampai ke bawah, gempa bumi, bukit-bukit batu terbelah, kuburan-2 terbuka, banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit, dan pengakuan iman dari kepala pasukan Romawi.
2.     Peristiwa kegelapan yg terjadi pd waktu penyaliban Yesus tercatat di dlm ketiga Injil: Matius, Markus & Lukas. Itu berarti kejadian tsb bermakna rohani yg sangat penting. Kegelapan tsb bukanlah kegelapan biasa. Bukan karena gerhana matahari, karena gerhana matahari tdk mungkin berlangsung sampai 3 jam. Jadi, kegelapan itu adalah unik.  Itu terjadi mulai jam 12 siang, saat matahari bersinar paling terik, sampai jam 15. Pd saat seharusnya matahari bersinar paling terang, terjadi kegelapan yg paling gelap. Apa maknanya?
a.      Ini adalah bentuk protes dari alam semesta thd ketidak-adilan manusia. Alam semesta dp menyatakan kemuliaan Allah (Mz.19), juga bisa memuji Tuhan (Luk. 19:40). Namun, pd saat Yesus disalibkan, alam semesta memprotes. Matahari menjadi malu, tidak berani melihat kejadian sang Anak Allah yg adil telah diadili secara sangat tdk adil oleh manusia yg berdosa.
b.    Ini adalah gambaran dari dunia yg berdosa. Pd saat terang seharusnya bersinar dg cerahnya, justru terjadi kegelapan yg pekat. Pd saat manusia menantikan & membutuhkan keadilan serta kebenaran, ternyata yg muncul adalah kebejatan & dusta. Di tempat yg disebut sbg ‘pengadilan’ malah terjadi ketidak adilan. Kebenaran diperjual-belikan. Berapakah nilai kebenaran? Kebenaran seharga darah Anak Allah.
3.    Tabir (tirai) Bait Allah terbelah dua dari atas ke bawah. Ada 2 macam tabir di Bait Allah: yg satu terletak di pintu masuk Ruang Kudus,  yang hanya boleh dimasuki oleh para imam Israel. Tirai yang kedua memisahkan Ruang Kudus dengan Ruang Maha Kudus, yg hanya boleh dimasuki setahun sekali oleh imam besar. Tirai kedua inilah yang terbelah menjadi dua pada saat Yesus mati di salib. Di dalam Ruang Maha Kudus itu terdapat tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian, dan di atasnya ada kedua kerub kemuliaan yang menaungi tutup pendamaian (Ibr. 9:4-5).
Tinggi tabir tsb adalah 18 meter (60 feet).[5] Dengan terbelahnya tabir tsb, maka tidak ada lagi pembatas antara ruang suci (yang hanya dimasuki oleh para imam) dan ruang maha suci (yg hanya dimasuki oleh seorang imam besar). Semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus disebut sebagai para imam yang melayani sang Raja segala raja (1 Pet. 2:9). Sang Imam Besarnya hanya SATU, yakni Tuhan Yesus (Ibr. 4:14). Jadi, makna rohani dari terbelahnya tabir Bait Allah adalah semua umat Tuhan bisa langsung menghadap tahta kemuliaan Allah Bapa melalui karya Tuhan Yesus di atas salib (bnd. Ibr. 4:14-16).
4.    Gempa bumi.
4.Fakta gempa bumi yang terjadi pada saat kematian Yesus diteguhkan oleh kesaksian dari beberapa orang berikut ini: Phlegon, yang perkataannya dikutip oleh Julius Africanus, dalam karya tulisnya ‘Chronographia’; juga oleh Eusebius dalam karyanya ‘Chronicon’. Terbelahnya bukit-bukit batu disaksikan oleh St. Cyril, bishop Yerusalem.[6]
Menurut Perjanjian Lama, fenomena gempa bumi menyatakan kemahakuasaan Allah terhadap bangsa-bangsa di dunia. Misalnya Hakim 5:4—“Tatkala Kauberangkat dari Seir, ya TUHAN, dan wilayah Edom Kautinggalkan, bumi bergetar, saluran-saluran langit pun terbuka, dan awan-awan mencurahkan airnya.”
Maz. 68:8-9, “Ya Allah, ketika Engkau maju berperang di depan umat-Mu, ketika Engkau melangkah di padang belantara, S e l a, bergoncanglah bumi, bahkan langit mencurahkan hujan di hadapan Allah; Sinai bergoyang di hadapan Allah, Allah Israel.” Jadi, walaupun seolah-olah mereka telah ‘berhasil’ menyalibkan Yesus, tetapi sebenarnya salib bukanlah kekalahan tetapi malah kemenangan Yesus. Di salib itulah, Ia telah mengalahkan kuasa Setan & dosa (Kol. 2:14-15).
5.    Bukit-bukit batu terbelah.
Bukit batu adalah bagian yang paling keras dan paling kokoh di bumi, namun hal itu dikalahkan oleh keperkasaan Tuhan. Nahum 1:6 menuliskan, “Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya? Dan siapakah yang tahan tegak terhadap murka-Nya yang bernyala-nyala? Kehangatan amarah-Nya tercurah seperti api, dan gunung-gunung batu menjadi roboh di hadapan-Nya.”
Terkadang, hati manusia yang berdosa bisa menjadi sekeras bukit batu. Namun, kuasa kasih Kristus bisa menghancurkannya dan membuatnya terbuka dan beriman kepada Tuhan Yesus.
6.    dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.Dan sesudah kebangkitan Yesus, mereka pun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang” (Mat. 27:52-53).
Akibat dari gempa bumi dan bukit-2 batu terbelah adalah kuburan-2 terbuka. Bagi umat Tuhan, kematian sama halnya dengan tidurnya tubuh jasmani mereka, dan kuburan adalah seperti pembaringan tempat mereka tidur. Mereka bangkit oleh karena kuasa Tuhan Yesus, dan sesudah kebangkitan Yesus, mereka keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang (ay. 53). Keterangan tentang hal ini tidaklah diceritakan dengan begitu lengkap yg mungkin kita inginkan. Karena firman Allah tidak dimaksudkan untuk memuaskan keinginan kita.
a.    Siapakah orang-2 kudus yang bangkit itu? Sebagian orang menafsirkan: mereka adalah para bapa leluhur bangsa Israel yg dikubur di tanah Kanaan dan dipelihara sedemikian rupa. Dalam pengajaranNya, Yesus pernah menyinggung hal ini, “Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda:Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup" (Mat 22:31-32).
b.    Ada pula yang menafsirkan, bahwa yang bangkit adalah orang-2 kudus jaman itu, misalnya: Yusuf (ayahNya), Zakharia, Simeon, Yohanes Pembaptis, dll. Sebagian orang lainnya menafsirkan, bahwa yang bangkit adalah para martir, yang tentang mereka (sebagian dari mereka), Yesus pernah bahas dalam Mat. 22:35, “Supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah.”Tidaklah pasti, apakah mereka bangkit saat Yesus mati, lalu berpencar ke tempat lain, tetapi tidak masuk ke Yerusalem sampai sesudah kebangkitanNya, atau, mereka tidak kembali hidup sampai setelah kebangkitan Yesus.[7]
7.    Mat. 27:54--Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."
7.Lukas 23:47 menuliskan, Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya: "Sungguh, orang ini adalah orang benar!"
7.Tuhan Yesus pernah berkata dalam Yoh. 12:32, “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku."
7.Yesus menubuatkan tentang kekuatan magnit kasihNya yang disalibkan, dan sang kepala pasukan itu adalah buah pertamanya.
8.    Mat. 27:56-- Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus.
8.Para perempuan ini sungguh mengasihi Yesus; dan kasih mengenyahkan ketakutan (bnd. 1 Yoh. 4:18a).

Pernyataan Kasih Saat Yesus Dikuburkan
Matius 27:57-61

1.    Menurut hukum Torat, tidak boleh seorang digantung semalam-malaman di kayu salib, tetapi haruslah orang tsb dikuburkan pada hari itu juga (Ul. 21:22-23), apalagi jika besoknya adalah hari Sabat. Orang-2 Yahudi yang saleh tidak menguburkan si penjahat di makam keluarganya, tetapi di sebidang tanah publik. Orang-orang Romawi biasanya tidak menguburkan orang yang disalibkan; mereka hanya melemparkannya ke tanah, biar dinikmati oleh binatang buas.[8]
2.    Para saudara Yesus tidak ada yang memiliki kuburan di Yerusalem, karena mereka adalah orang Galilea. Namun, Yusuf orang Arimatea, seorang yang kaya, menemui Pilatus agar diijinkan untuk menguburkan jenazah Yesus.
3.    Lukas 23:50-51 memberi penjelasan tentang Yusuf Arimatea ini. Dikatakan, bahwa ia adalah seorang anggota Sanhedrin, seorang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, suatu kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah.
4.    Yusuf Arimatea rupanya tidaklah sendirian, ia ditemani oleh Nikodemus, yang dahulu pernah datang kepada Yesus pada waktu malam (Yoh. 3). Nikodemus membawa ramuan mur dan gaharu yang beratnya sekitar 30 kg yang pasti harganya sangat mahal (Yoh. 19:39).
5.    Pada malam hari sebelumnya, kemungkinan secara selektif, Kayafas mengumpulkan tidak semua anggota Sanhedrin, yakni orang-orang yang dia yakin membenci Yesus dan akan mendukung rencana jahatnya (Mat. 26:62-66); sedangkan Yusuf Arimatea dan Nikodemus, kemungkinan, tidak diundang dalam sidang malam itu.[9]
6.    Tindakan Yusuf Arimatea dan Nikodemus yang menguburkan jenazah Yesus itu  membutuhkan keberanian yang luar biasa. Mereka siap untuk dibenci oleh sesama anggota Sanhedrin dan sebagian orang Yahudi yang membenci Yesus.
7.    Mat. 27:61—“Tetapi Maria Magdalena dan Maria yang lain tinggal di situ duduk di depan kubur itu.” Kedua perempuan yang luar biasa ini, sungguh membuktikan kasih mereka yang mengalahkan rasa takut. Mereka telah mengikuti Yesus dari Galilea, oleh karena mereka mengasihi Yesus dan sangat ingin mendengarkan pengajaranNya. Jarak antara Galilea ke Yerusalem sekitar 128-160 km, yang mereka tempuh dengan berjalan kaki![10]

Usaha dan Tugas yang Sia-Sia
Mat. 27:62-66

1.    Mat. 27:62-- Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus.
Yesus disalibkan pada hari Jumat, dan Sabtu adalah hari Sabat bagi orang Yahudi. Waktu antara pk. 15-18 pada hari Jumat disebut ‘Persiapan’. Menurut perhitungan Yahudi, hari yang baru (Sabat) dimulai pk. 18.00 hari Jumat itu. Jadi, para imam kepala dan orang-2 Farisi menghadap Pilatus pada hari Sabat. Berarti, mereka sendiri melanggar hari Sabat demi benar-2 mengenyahkan Yesus, yang sangat mereka benci.[11]
2.    Mat. 27:65 Kata Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya."
2.Biasanya jumlah tentara yang ditugaskan adalah sebanyak 4 orang untuk satu group penjagaan, dan mereka bergantian menjaga setiap 3 jam dengan group lainnya (bnd. Kis. 12:4).
3.    Mat. 27:66 Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu dan menjaganya.
3.Bentuk meterai itu seperti kawat atau tali yang dibentangkan mengitari batu penutup kuburan, lalu secara resmi diikat oleh meterai yang terbuat dari tanah liat.[12]
4.    Namun, segala usaha para imam Yahudi dan orang-2 Farisi, beserta penjagaan dari para prajurit Romawi akhirnya sia-sia belaka. Hal ini kita akan pelajari pada Matius 28.





[1]Barclay, William, D.D. The Gospel of Matthew, vol. 2 (Edinburgh: The Saint Andrew Press, 1963), page 394. 
[2]Ibid., 399.
[3]Ibid.,
[4]Ibid., 407.
[5]Dake, Finis Jennings. Dake’s Annotated Reference Bible. Lawrenceville, Georgia: Dake Bible Sales, Inc., 1981, pp 33 (New Testament)
[6]Spence, H.D.M. & Joseph S. Exell.  The Pulpit Commentary. Vo. 15. Matthew (Grand Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1980), 594-95.
[7]Henry, Matthew, Injil Matius 15-28 (Surabaya: Momentum, 2008), hlm. 1519-20.
[8]France, R.T.  Matthew. The Tyndale New Testament Commentaries (Surabaya: Momentum, 2007), hlm 403.
[9]Ibid., 412.
[10]Henry, 1524.
[11]France, 413.
[12]Dake, Finis Jennings. Dake’s Annotated Reference Bible. Lawrenceville, Georgia: Dake Bible Sales, Inc., 1981, page 33 (New Testament).

0 Komentar untuk "Tafsiran Matius 27"

Back To Top