Disusun
oleh: Pdt. Roby Setiawan, Th.D.[1]
Hal berikutnya yang kontroversial adalah
tentang sikap orang Kristen terhadap bunda Maria, ibu manusia Yesus. Ada
sebagian orang yang cukup mengenang dan menghormatinya; namun ada sebagian lagi
yang menganggap sang bunda sebagai tempat mengadu, bahkan sebagai seorang yang
dapat ‘menjembatani’ orang berdosa kepada Sang Anak Allah.
Golongan yang kedua ini membuat patung
besar bunda Maria dan berdoa di hadapannya. Dasar Alkitab yang biasa dipakai
adalah Injil Yohanes 2:1-11. Ketika keluarga itu kehabisan anggur, mereka memberitahu
Maria, lalu sang bunda menyampaikannya kepada Yesus untuk menolong mereka dan
melakukan mujizat. Kemudian, terjadilah
mujizat ‘air menjadi anggur’.
Memang demikianlah ceritanya, cuma jangan
lupa akan konteksnya. Tuhan Yesus baru muncul untuk melayani secara luas (cat.:
itu adalah mujizat pertama yang dilakukan Tuhan Yesus, Yoh. 2:11); sehingga
orang banyak belum mengenal siapa Dia. Namun, setelah mujizat itu terjadi, orang-orang
tidak lagi datang kepada Maria; mereka langsung bertemu dengan Tuhan Yesus.
Maria sebagai pengantara merupakan ajaran
pokok Gereja Roma Katolik (GRK). Di dalam Katedral atau kapel-kapel desa,
patung Maria menempati posisi utama. Mereka percaya, bahwa Maria diangkat naik
ke Sorga dan beroleh karunia-karunia keselamatan abadi yang siap dicurahkannya
kepada umat.[2]
Perlu kita pahami latar belakang sejarah
tentang penyembahan bangsa-bangsa pada jaman kuno, sebelum kekristenan hadir di
dunia ini. Orang-orang Kanaan
menyembah
Baal dan istrinya yang bernama Asytoret
(Hak. 2:13; 10:6; 1 Sam. 7:3-4). Dewi itu disebut juga sebagai Ratu Sorga (Yer. 44:17-19).
Banyak monumen Babylon menggambarkan dewi Semiramis dengan anaknya Tammuz di tangan sang dewi. Orang-orang Cina mempunyai seorang dewi yang
bernama Shingmoo yang berarti “Ibu
Kudus”. Dia digambarkan bersama anaknya di tangannya dan mempunyai kemuliaan di
sekitar kepalanya (lihat gambar di bawah).
Orang-orang Jerman kuno menyembah Perawan Hertha dengan anak di tangannya.
Orang-orang Scandinavia menamakannya Disa
yang juga bersama anaknya. Di India dikenal dewi Indrani bersama anaknya.
Orang-orang Yunani menyebut dewi Ibu
sebagai Aphodite atau Ceres. Orang Sumeria menyebutnya sebagai
Nana. Bangsa Romawi menamainya
sebagai Venus atau Fortuna, dan anaknya adalah Yupiter. Di Mesir, dewi itu disebut Isis dan anaknya adalah Horus yang duduk di pangkuannya.
Kerajaan Romawi
menundukkan banyak kerajaan lainnya. Setelah agama Kristen menjadi agama negara
sejak pemerintahan kaisar Konstantin Agung, maka pemerintah Romawi ingin semua
bangsa yang ditunduk-kannya juga “dikristenkan”. Namun bangsa-bangsa itu sudah
terbiasa dengan penyembahan kepada sang Dewi dan mereka sulit meninggalkannya.
Oleh karena itu para pemimpin gereja berkompromi. Mereka mencari persamaan
apakah yang terdapat di antara kekristenan dengan penyembahan kafir itu. Maria
adalah figur yang tepat. Jadi, bangsa-bangsa itu tetap boleh menyembah sang Ibu
(dewi), tetapi dengan mengganti namanya, yakni: Maria. Jadi, kebiasaan yang
dilakukan di dalam agama kafir perlahan-lahan diterapkan kepada diri Maria.
Namun, penyembahan kepada Maria tidaklah
terdapat di dalam iman Kristen yang asli, seperti yang dikatakan di dalam The Catholic Encyclopedia,
“Devotion to our blessed Lady in its ultimate
analysis must be regarded as a practical application of the doctrine of the
communion of Saints. Seeing that this doctrine is not contained, at least
explicitly, in the earlier forms of the Apostles’ Creed, there is perhaps no
ground for surprise if we do not meet with any clear traces of the cultus of
the Blessed Virgin in the first centuries” (Analisa terakhir tentang
kecintaan mendalam kepada Sang Wanita terhormat dan diberkati dapat dianggap
sebagai suatu aplikasi praktis dari doktrin persekutuan orang-orang kudus.
Doktrin tersebut tidak secara jelas tercantum di dalam bentuk yang awal dari
Pengakuan Iman Rasuli. Tidak ada alasan bagi kita untuk merasa terkejut apabila
kita tidak dapat menemukan kebiasaan untuk meng-kultuskan Sang Perawan yang
diberkati itu pada abad-abad yang pertama).[3]
Barulah pada jaman kaisar Constantine (awal abad ke-4 M), Maria
mulai dianggap sebagai dewi. Namun, pada periode inipun, Epiphanius yang hidup pada jaman itu masih menyatakan
ketidak-setujuannya terhadap praktek sebagian orang yang mulai menyembah Maria
dan mempersembahkan kue di kuilnya. Menurut Epiphanius, Maria patut dihormati
tetapi tidak untuk dipuja. Namun, di dalam konsili di kota Efesus (431 M),
penyembahan kepada Maria menjadi doktrin yang resmi.
Mengapa doktrin ini ditetapkan di kota
Efesus? Karena di kota ini, dewi Diana (Artemis) telah disembah sebagai dewi
keperawanan sekaligus dewi ke-ibuan sejak jaman primitif. Artemis dipercayai berkuasa
menghasil-kan generasi alamiah. Ia digambarkan mempunyai banyak buah dada. Di
kepalanya terdapat mahkota yang berbentuk menara, yakni menara Babel (lihat
gambar).
Jadi, rakyat Ephesus sudah terbiasa dengan
penyem-bahan ini selama berabad-abad dan sulit meninggalkan-nya. Di lain pihak, para pemimpin
gereja di Ephesus, demi untuk menarik lebih banyak orang datang ke gereja,
membiarkan ide penyembahan kepada sang dewi ini, tetapi mengganti namanya
menjadi ‘Maria’. Namun, cara ini tentu tidak sesuai dengan kehendak Allah. Dalam
pelayanan penginjilan-nya di Efesus, rasul Paulus rela menanggung tantangan dan
bahaya sekalipun karena tidak mau berkompromi dengan penyembahan kepada dewi
Artemis (Kis. 19:24-27).
Petunjuk lainnya yang meneguhkan, bahwa
penyem-bahan kepada Maria berasal dari agama primitif yang menyembah sang dewi
dapat dilihat dari gelar yang diberikan kepada Maria. Ia sering disebut ‘Madonna’. Menurut seorang ahli bernama Hislop, nama ini berasal dari nama dewi
Babylonia. Istri dari dewa Baal adalah Baalti,
yang dalam bahasa Inggris berarti: Ibuku (my
Lady). Di dalam bahasa Latinnya disebut Mea-Domina,
dan diterjemahkan ke bahasa Italia menjadi Madonna.
Sebutan lain yang dikenakan kepada Maria
adalah ‘Bunda Allah.’ Gelar ini tidak ada di dalam Alkitab. Elisabet pernah berkata
kepada Maria sewaktu mereka masih mengandung, “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?”
(Luk. 1:43). Yang tertulis di sini adalah ‘ibu Tuhanku’ bukan ‘Bunda
Allah’. Maria adalah ibu dari Yesus,
tetapi hanya dari segi kemanusiaan-Nya, bukan sebagai ‘Bunda Allah’. Salah satu
gelar yang diberikan kepada Isis
(dewi Mesir) adalah ‘Bunda Allah’. Kemudian gelar ini ditujukan kepada Maria
oleh para teolog dari Alexandria.[4]
Di dalam doa Rosario[5],
pujian kepada Maria diulangi 9 kali, sama seringnya dengan doa ‘Bapa Kami’.
Mereka berkata, dengan berdoa kepada Maria, maka ia akan membawa permohonan itu
kepada Anak-Nya, Yesus. Maria dianggap lebih berbelas kasihan, pengertian, dan
bermurah hati daripada Yesus, Anaknya.
Alphonsus
Ligouri, salah satu Santo di Gereja Roma
Katolik, yang mendapat gelar doktor dari Paus Pius IX memberi ilustrasi sbb.: “Jika seorang datang langsung kepada Kristus,
ia akan datang dengan rasa takut akan murkaNya. Tetapi jika orang itu berdoa
kepada Maria, maka sang Bunda akan menunjukkan buah dadanya yang pernah disusui
oleh Yesus, dan amarah Yesus akan segera reda.”[6]
Tentunya ajaran ini tidak sesuai dengan firman Tuhan. Sejak jaman Tuhan Yesus
masih melayani di dunia ini, sudah ada beberapa orang yang menganggap Maria sebagai
figur yang ‘spesial’, namun respon Yesus ternyata berbeda:
“Ketika Yesus
masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: ‘Berbahagialah ibu yang
telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.’ Tetapi Ia
berkata: ‘Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang
memeliharanya” (Luk. 11:27-28).
“Tetapi jawab
Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepadaNya: ‘Siapa ibuku? Dan
siapa saudara-saudaraKu?’ Lalu kataNya sambil menunjuk ke arah murid muridNya:
‘Ini ibuku dan saudara-saudaraKu! Sebab siapapun yang melakukan kehendak BapaKu
di Sorga, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu”
(Mat. 12:48-50).
Alkitab mengajarkan: hanya ada satu Pengantara
antara Allah dan manusia, yakni manusia Kristus Yesus (1 Tim. 2:5). Tidak perlu
lagi ada pengantara lain di antara Kristus dengan umat. Setiap umat Tuhan dapat
datang kepada Yesus dengan penuh keberanian, supaya kita menerima rahmat dan
menemukan kasih karunia serta mendapat pertolongan kita pada waktunya. Yesus
adalah sang Imam Besar yang dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita
(Ibr. 4:15-16).
Ide ‘buah dada’ ini tidaklah asing bagi
orang-orang yang menyembah dewi Artemis. Sang dewi digambar-kan memiliki 100
buah dada sebagai lambang kesuburan (lihat gambar patung dewi Artemis di depan).
Pada tahun 1854, Paus Pius IX mensahkan
doktrin immaculate conception[7]
dari Maria, artinya: Maria dikan-dung di dalam keadaan suci oleh ibunya dan
tidak mewarisi dosa asal (‘Maria
immaculata’). Tentunya ajaran ini bertentangan dengan perkataan Maria sendiri
di dalam Lukas 1:47. Ia sendiri menyebut Allah sebagai Juruselamatnya, berarti:
Maria menyadari bahwa dirinya adalah orang berdosa yang membutuhkan Juruselamat.
Ajaran perpetual
virginity (keperawanan yang abadi) tentang Maria tidak pernah diajarkan
sampai 300 tahun setelah Kenaikan Yesus. Ajaran ini mengatakan, bahwa setelah
melahirkan Yesus, Maria tidak tidur dengan Yusuf dan tidak melahirkan lagi. Jadi
dia tetap seorang perawan. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan Matius 13:55-56
yang mengatakan, bahwa setelah melahirkan Yesus, Maria berhubungan dengan Yusuf
suaminya dan melahirkan beberapa anak lelaki dan perempuan,
“Bukankah Ia ini
anak tukang kayu?Bukankah ibuNya bernama Maria dan saudara-saudaraNya: Yakobus,
Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudaraNya perempuan semuanya
ada bersama kita? Jadi darimana
diperolehNya semuanya itu?”
Lalu pada tahun 1951, Paus Pius XII
mensahkan doktrin lainnya tentang Maria, yakni tubuh Maria tidak-lah hancur
tetapi langsung diangkat ke Sorga. Santo Bernard
berkata, “Pada hari ketiga setelah
kematian Maria, ketika para rasul mengelilingi kuburannya, mereka tidak
menemukan mayatnya. Tubuh yang suci itu telah diangkat ke Firdaus. Maria tidak
hanya diterima di Sorga, tetapi dia memiliki kedudukan lebih tinggi daripada
penghulu malaikat. Maria dimahkotai sebagai Ratu Sorga oleh Bapa yang kekal.
Dia duduk di sebelah kanan Anak Allah. Sekarang, setiap hari, setiap jam, dia
mendoakan kita, memberikan anugerah kepada kita, menjaga kita dari bahaya,
melindungi kita dari cobaan, dan mengaruniakan berkat kepada kita.”
Ajaran tsb tidak terdapat di dalam firman
Tuhan. Yesuslah, sebagai Imam Besar di Sorga, yang menjadi pendoa syafaat
setiap saat bagi umatNya (Ibr. 7:25). Di dalam Alkitab malah dikatakan, bahwa
Maria berdoa bersama-sama dengan para murid Yesus untuk menantikan janji
Tuhan (Kis. 1:14). Tidak dikatakan, bahwa Maria mendoakan para murid Tuhan.
Juga, di dalam Alkitab, Maria tidak pernah
disebut sebagai ‘Ratu Sorga’. Ajaran ini mengingatkan kita akan apa yang
disitir oleh nabi Yesaya tentang penyembahan dewi Ibu yang sudah ada pada
jamannya (sekitar 7 abad SM).
“Anak-anak
memungut kayu bakar, bapa-bapa menyalakan api dan perempuan-perempuan meremas
adonan untuk membuat penganan persembahan bagi ratu Sorga
dan orang mempersembahkan korban curahan kepada allah lain dengan maksud
menyakiti hatiKu” (Yes. 7:18).
Kemudian, muncul lukisan tentang Maria yang
di atas kepalanya ada burung merpati sebagai lambang Roh Kudus (lihat gambar di
bawah). Ini juga tidak sesuai dengan firman Tuhan, karena hanya Yesus yang
mengalaminya ketika Ia dibaptiskan oleh Yohanes Pembaptis (Mat. 3:16). Pada
hari Pentakosta, Roh Kudus turun seperti lidah-lidah
api (cat.: bukan seperti burung mer-pati) dan hinggap pada para murid
Tuhan, termasuk Maria (Kis. 1:14; 2:3).
[1] Pdt. Roby Setiawan meraih gelar
Doctor of Theology in Practical Theology di Asia Baptist Graduate Theological
Seminary, Baguio City-Philippines (1996). Gelar Doktor tsb
disetarakan di DIKTI Senayan-Jakarta November 2011. Ia sebagai Ketua Bidang Teologia & Pengajaran Sinode
GKRI (anggota PGI & PGLII), Ketua Umum PGKS
(Persekutuan Gereja-Gereja Kristen di Semarang), dosen pasca sarjana di beberapa seminary dan perintis
serta gembala GKRI Roti Hidup,
Semarang.
[2] Walter M. Abbott, SJ, ed., “The Documents of Vatikan II,” Guild Press,
1966, hlm. 91,96.
[3] Ralph Edward Woodrow, Babylon Mystery
Religion: Ancient and Modern (Manila, Philippines: TLCI, 1990), 10.
[4] Ibid., 12.
[5] Rosario adalah satu
rantai yang terdiri dari 15 set manik-manik, dan setiap set ditandai dengan
sebuah manik-manik besar. Kedua ujung rantai itu disatukan oleh satu medali
yang bergambar-kan Maria. Lalu pada akhirnya ada rantai pendek yang
menggan-tungkan patung Yesus yang sedang terpaku di salib. Manik-manik itu
adalah alat untuk menghitung doa yang terus-menerus diulangi.
[7] The Catholic
Encyclopedia, vol. 7 (New
York: Robert Appleton, co., 1911), s. V. “Immaculate Conception”.
Tag :
Artikel
4 Komentar untuk "Berdoa Kepada Bunda Maria?"
Jadi menurut anda menyembah bunda maria itu kafir,, trus bagaimana dengam orang-orang selalu melambungkan devosi kepada bunda maria,, bisa terkabul??
Dear Deo, thanks untuk respon & pertanyaannya. Prinsipnya, tdk ada satu pribadi lainpun yang boleh umat Tuhan sembah, kecuali Sang Pencipta & Sang Penebus, yang dikenal melalui Tuhan Yesus Kristus. Maria hanyalah manusia biasa, yang oleh kasih Karunia Tuhan telah dikaruniai hak utk menjadi perempuan yg melahirkan Yesus Kristus. Doa-doa umat Tuhan seharusnya kepada Tuhan, tidak perlu & tidak boleh via Maria.
Jika, menurut sebagian orang, ada doa-2 kpd Maria ternyata terkabul. Kita bandingkan dengan org-2 yg datang ke dukun atau gunung kawi. Sepertinya sebagian permintaan mrk terkabul, tetapi itulah trick Iblis dalam memperdaya manusia. Untuk menawan hati manusia, Iblis & para pengikutnya berusaha mengabulkan permintaan dari org-2 yg datang kepada mereka. Untuk membuat hati manusia terpikat, itulah tujuan Iblis. Bacalah 2 Kor. 11:14-15. Jbu
Dear Deo, thanks untuk respon & pertanyaannya. Prinsipnya, tdk ada satu pribadi lainpun yang boleh umat Tuhan sembah, kecuali Sang Pencipta & Sang Penebus, yang dikenal melalui Tuhan Yesus Kristus. Maria hanyalah manusia biasa, yang oleh kasih Karunia Tuhan telah dikaruniai hak utk menjadi perempuan yg melahirkan Yesus Kristus. Doa-doa umat Tuhan seharusnya kepada Tuhan, tidak perlu & tidak boleh via Maria.
Jika, menurut sebagian orang, ada doa-2 kpd Maria ternyata terkabul. Kita bandingkan dengan org-2 yg datang ke dukun atau gunung kawi. Sepertinya sebagian permintaan mrk terkabul, tetapi itulah trick Iblis dalam memperdaya manusia. Untuk menawan hati manusia, Iblis & para pengikutnya berusaha mengabulkan permintaan dari org-2 yg datang kepada mereka. Untuk membuat hati manusia terpikat, itulah tujuan Iblis. Bacalah 2 Kor. 11:14-15. Jbu