Ayat 5 “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik
mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri di dalam rumah-rumah ibadat dan
pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka di lihat orang. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.”
Kalau dalam ayat-ayat sebelumnya dalam pasal 6:1-4 Tuhan Yesus sangat
menekankanakan ketulusan yang mendasari hubungan antara sesama apalagi doa, yakni
hubungan dengan Tuhan, berbicara dengan Tuhan, berkomunikasi dengan Tuhan
haruslah berdasarkan ketulusan dan rasa hormat. Ada doa yang dinaikkan di depan
umum di sebut doa untuk publik, tapi ada juga doa pribadi. Untuk doa publik memang
harus ada orang yang memimpin, baik di rumah ibadah maupun di kesempatan-kesempatanyang
khusus di rumah. Tetapi yang dilarang di sini adalah doa pribadi yang dilakukan oleh orang-orang
Farisi yang munafik itu, mereka suka berdiri dalam rumah ibadah di luar jam-jam
doa/di luar jam-jam ibadah yang secara umum dihadiri oleh banyak orang. Mereka
seringkali berdiri di sana atau di tikungan-tikungan jalan raya , maksudnya
adalah di perematan-perempatan supaya dari segala arah orang bisa melihat
mereka berdiri dan mereka mengucapkan doa mereka dengan suara yang keras. Motivasi mereka adalah agar di puji oleh
orang, bukan karna mereka suka berdoa, tapi mereka suka tempat di mana mekeka
menaikkan doa.
Ayat 6 “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah kedalam kamarmu, tutuplah
pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu
yang melihat yang tersembunyi akan
membalasnya kepadamu.”
Doa pribadi adalah hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Doa
pribadi harus dilakukan secara pribadi di dalam tempat yang pribadi juga.
Mengapa demikian ? Karena, ketika kita
sendirian bersama dengan Tuhan kita bisa mengungkapkan isi hati kita,
penyembahan kita, kita bisa lebih berkonsentrasi, tidak mudah diganggu oleh
gangguan-gangguan yang lain dan kita bisa dalam keheningan ini mengingat akan apa yang Allah katakana kepada
kita melalui firmannya. Saat kita doa
pribadi ini, kadang-kadang kita mengucapkannya dengan kata-kata yang terdengar,
tetapi juga kadang-kadang kita berdiam diri
dan kita memohon Tuhan berbicara kepada kita sesuai dengan firmannya.
Ayat 7 “Lagipula dalam doamu itu jangalah kamu bertele-tele
seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka
bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. ”
Orang Farisi berdoa supaya kedengaran panjang doanya, maka
mereka mengulang-ulang kata-katanya dengan tidak mempunyai arti apa-apa.
Kata-kata yang kosong saja. Ini adalah kebiasaan orang-orang kafir, ketika
mereka berdoa seperti halnya nabi-nabi baal yang bertanding melawan Elia Nabi
Tuhan dalam 1 raja-raja 18:26-36. Berulang-ulang mereka mengucapkan mantra
mereka doa mereka supaya allah mereka mau mengirimkan api. Mereka mengucapkan
kata-kata yang sama dengan tidak mempunyai arti apa-apa lagi ketika di ucapkan
dan kata-kata yang sama itu akan menjadikan pikiran mereka kosong, kita bandingkan
dengan doa salam maria yang menggunakan Rosario. Doa ini di ucapkan begitu
sering higga puluhan kali, sehingga tidak menghasilkan apa-apa lagi. Tapi kita
berdoa kepada Allah Bapa Di surga. Maria sendiri sebagai orang berdosa mengakui
bahwa ia orang berdosa. Dia membutuhkan juruselamat, bisa kita liat dalam injil
Lukas dalam Pujian Maria. ada orang yang bahkan mengucapkan doa bapa kami
secara berulang-ulang dan itu di anggap
sebagai mantra. Semakin panjang mantranya
semakin mereka merasa allah
mereka dalam tanda kutip akan mengasihani mereka dan mengabulkan apa yang
mereka inginkan.
Ayat 8 “Jadi janganlah kamu
seperti mereka, karena bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan , sebelum kamu
meminta kepada-Nya”
Di gunakan kata Battologia dan Polylogia. Polylogia adalah
banyaknya kata yang di gunakan , Battologia adalah pengulangan yang tiada arti.
Jadi yang di larang di sini olah Tuhan Yesus
bukanlah panjangnya atau
pengulangan dengan kata-kata yang sama tapi yang di larang ialah kata-kata yang
di ucapkan tanpa arti. Tuhan Yesus sendiri pernah mengucapkan doa yang sama
tetapi dengan respon yang berbeda. Ketika dia berdoa di taman Getsemani dia
berkata kalau boleh kiranya cawan ini lalu daripada-Ku tapi bukan menurut
kehendak-Ku tapi menurut kehendak-Mu ya Bapa. Tiga kali berdoa dan respon pada
doa yang ke dua sudah berbeda dari doa yang pertama. Doa yang ke tiga sudah
lebih meningkat dan Yesus siap untuk menghadapi salib. Mazmur 136 juga ada
pengulangan-pengulangan yang sangat elegan. Pengulangan-pengulangan ini
biasanya kita pakai untuk menunjukkan betapa dalamnya rasa sayang kita kepada
seseorang. Jadi bukan doa yang panjang yang di larang oleh Tuhan karena Tuhan Yesus
sendiri pernah berdoa sepanjang malam, tetapi setiap kata-kata yang di ucapkan
itu memiliki arti yang mendalam keluar dari hati sebagai anak-anak Allah yang
datang kepada Bapa. Kita datang dengan penuh hormat dengan kasih dan dengan
ketaatan dan dengan ketergantungan yang
besar dengan iman bahwa dia tau yang terbaik bagi kita, dia sudah ada di masa
depan kita dan mebuka peluang-peluang
baru bagi kita, bahkan saat kita tidak bisa mengucapkan doa kita dengan
kata-kata pada saat kita berdiam diri, pada saat kita tidak tahu apa yang harus
kita doakan, roh kudus akan membantu kita untuk berdoa (Roma 8:26). betapa kita bersyukur memiliki Allah sebagai Bapa kita.
Disusun Oleh : Pdt. Diana Tjie Setiawan,MCE
0 Komentar untuk "Matius 6 : 5-8 Hal Berdoa"