1.Yohanes Pembaptis,anak Imam Zakharia dan Elisabeth, tinggal di padang gurun Yudea yang terbentang sepanjang 20 mil/32 km antara Yerusalem sampai Sungai Yordan.
Ia perintis yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan(Yes.40:3),dan penebang yang siap menebas sampai ke akar dosa dan menelanjanginya. Ia tidak terintimidasi oleh orang banyak, ia juga tidak takut mengkhotbahkan penghakiman. Ia taat kepada Tuhan dan meninggikan Dia dalam segala sesuatu.
PERINTIS
Jaman dahulu, jika seorang raja akan berkunjung ke sebuah tempat, maka sang perintis akan mengumumkan kepada rakyat agar jalan-jalan diperbaiki supaya layak dilewati kereta kerajaan.
2.Belalang dan madu hutan adalah makanan sederhana untuk orang miskin dan mudah didapat. Jubah bulu unta memang tidak terlalu halus namun waterproof. Walaupun Yohanes adalah anak "mahal" namun ia tidak dimanja oleh orangtuanya.
3.Orang Saduki dan Orang Farisi. Setelah masa pembuangan 70 tahun di Babel, maka orang Israel benar-benar kapok dan tidak lagi mau menyembah berhala. Sinagoge/Rumah sembahyang orang Yahudi didirikan dimana-mana. Dibutuhkan banyak rabbi untuk mengajar umat Israel. Orang Farisi adalah Rabbi nyaa para rabi. Kalau sekarang, para profesor yang sudah S3. Jumlah orang Farisi di seluruh Palestina hanya 6000 orang. Mereka senang menafsirkan dan menambah-nambahkan hukum Taurat, shg membuat orang-orang semakin berbeban berat, merasa bersalah karena tidak mampu peraturan-peraturan yang njelimet itu. Jangankan rakyat, orang Farisi sendiri juga belum tentu bisa menjalaninya.
Orang Saduki adalah keturunan imam Zadok yang sudah liberal. Merek banyak terlibat dalam urusan politik. Mereka sudah tidak percaya lagi akan adanya surga, neraka, para malaikat.
4.Saat itu orang-orang Yahudi sangat bangga dengan jatidiri mereka sebagai umat pilihan. Apapun yang mereka lakukan, mereka percaya mereka akan tetap diselamatkan, karena mereka adalah keturunan Abraham. Mereka tidak mengerti bahwa keselamatan hanya didapat melalui iman yang dianugrahkan Allah, untuk percaya kepada Tuhan Yesus.
5.Baptisan air adalah tanda pertobatan. Yohanes tidak mau membaptis orang-orang Saduki dan orang-orang Farisi karena hidup mereka tidak menunjukkan perubahan.
6.Baptisan api bisa menunjukkan penghakiman yang sudah dekat, namun bisa juga diartikan turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta.
7.Jika baptisan Yohanes adalah baptisan pertobatan, mengapa Yesus minta dibaptiskan ? Bukankah Yesus tidak perlu bertobat karna memang Dia tidak berdosa?
MENGAPA YESUS PERLU DIBAPTISKAN ?
1. Untuk menggenapi seluruh kehendak Allah. (3:15). Baptisan Yesus menunjukkan bahwa Yesus diutus oleh Allah dan diperkenankanNya. Deklarasi pengutusan ini disahkan oleh turunnya Roh Kudus dalam bentuk burung merpati dan suara dari Allah Bapa, yang didengar oleh orang banyak saat itu. Penggenapan nubuat Yesaya 42:1
Dalam Yohanes 3:16-17 Allah Tritunggal dinyatakan dengan jelas.
2. Saat itu, Yohanes Pembaptis secara resmi mengumumkan bahwa Mesias sudah datang dan memulai pelayananNya.
3.Yesus menempatkan Diri-Nya sebagai manusia, Manusia berdosa yang akan Dia tebus. Hukuman dosa kitalah yang Dia tanggung.
4.Sbg teladan bagi murid-muridNya, untuk menunjukkan betapa pentingnya perubahan hati, bukan hanya mengandalkan kebanggaan mereka sebagai keturunan Abraham.
5.Yesus tidak dibaptis untuk mengakui dosa apapun (5) karena Dia tidak berdosa. BaptisanNya adalah tindakan untuk memperkenalkan.DiriNya kepada Israel. (Yoh.1:31). Baptisan Yohanes memandang ke depan kepada kedatangan Mesias ( Kis.19:1-7). Baptisan kristiani saat ini memandang ke belakang, kepada kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus Kristus dan menunjukkan identifikasi orang percaya dia dalam Dia.(Kol.2:12, Kis.10:47-48).
" Inilah Anak- Ku yang Kukasihi kepada-Nyalah Aku berkenan."
Yang penting, bukanlah apakah kita dipakai oleh Tuhan, tetapi apakah hidup kita berkenan kepada Allah?.
Renungan Air Hidup, 28 Juni 2016
KEMARAHAN YANG BENAR : MARAH TERHADAP DOSA
Baca: Galatia 1:6-10
"Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain," Galatia 1:6
Mungkin ada di antara Saudara yang sulit sekali tidur semalaman karena hati sedang diliputi kemarahan terhadap orang lain. Mata enggan terpejam dan pikiran dipenuhi rencana-rencana demi melampiaskan amarah yang sempat tertunda.
Sesungguhnya marah adalah hal yang wajar sebagai salah satu bentuk ekspresi dari perasaan atau emosi. Emosi dapat menimbulkan rasa sedih, kuatir, cinta dan bahkan marah. Namun Alkitab memperingatkan: "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:26). Boleh saja marah, tetapi jangan sampai membawa kita kepada dosa. Umumnya orang menjadi marah ketika dirugikan, disakiti, tidak dihargai, dikecewakan atau dilecehkan, sehingga akhirnya timbul suatu keinginan untuk melakukan tindakan balas dendam. Kemarahan semacam ini dapat mengakibatkan perpecahan, permusuhan, dan rusaknya sebuah hubungan ini adalah dosa.
Seperti apa kemarahan yang tidak membawa kepada dosa? Adalah ketika kita marah terhadap hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan. Kemarahan jenis ini adalah bukti bahwa seseorang bersikap tegas terhadap dosa. Sebaliknya ketika kita melihat ketidakbenaran, namun kita diam saja seolah-olah tidak terjadi apa-apa, itu berarti kita telah bersikap lunak atau berkompromi dengan dosa. Rasul Paulus tidak pernah marah ketika difitnah, dihina, dimusuhi, direndahkan atau diperlakukan semena-mena oleh orang lain, tetapi ia akan marah besar begitu melihat ada orang yang memalsukan, melecehkan atau memutarbalikkan kebenaran Injil Kristus sampai-sampai ia mengatakan bahwa orang itu terkutuk. "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia." (Galatia 1:8-9).
Rasul Paulus marah ketika ada orang-orang yang memberitakan injil yang lain, karena hanya ada satu Injil yaitu Injil Kristus!
Disusun Oleh : Pdt. Diana Tjie Setiawan, MCE
Ia perintis yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan(Yes.40:3),dan penebang yang siap menebas sampai ke akar dosa dan menelanjanginya. Ia tidak terintimidasi oleh orang banyak, ia juga tidak takut mengkhotbahkan penghakiman. Ia taat kepada Tuhan dan meninggikan Dia dalam segala sesuatu.
PERINTIS
Jaman dahulu, jika seorang raja akan berkunjung ke sebuah tempat, maka sang perintis akan mengumumkan kepada rakyat agar jalan-jalan diperbaiki supaya layak dilewati kereta kerajaan.
2.Belalang dan madu hutan adalah makanan sederhana untuk orang miskin dan mudah didapat. Jubah bulu unta memang tidak terlalu halus namun waterproof. Walaupun Yohanes adalah anak "mahal" namun ia tidak dimanja oleh orangtuanya.
3.Orang Saduki dan Orang Farisi. Setelah masa pembuangan 70 tahun di Babel, maka orang Israel benar-benar kapok dan tidak lagi mau menyembah berhala. Sinagoge/Rumah sembahyang orang Yahudi didirikan dimana-mana. Dibutuhkan banyak rabbi untuk mengajar umat Israel. Orang Farisi adalah Rabbi nyaa para rabi. Kalau sekarang, para profesor yang sudah S3. Jumlah orang Farisi di seluruh Palestina hanya 6000 orang. Mereka senang menafsirkan dan menambah-nambahkan hukum Taurat, shg membuat orang-orang semakin berbeban berat, merasa bersalah karena tidak mampu peraturan-peraturan yang njelimet itu. Jangankan rakyat, orang Farisi sendiri juga belum tentu bisa menjalaninya.
Orang Saduki adalah keturunan imam Zadok yang sudah liberal. Merek banyak terlibat dalam urusan politik. Mereka sudah tidak percaya lagi akan adanya surga, neraka, para malaikat.
4.Saat itu orang-orang Yahudi sangat bangga dengan jatidiri mereka sebagai umat pilihan. Apapun yang mereka lakukan, mereka percaya mereka akan tetap diselamatkan, karena mereka adalah keturunan Abraham. Mereka tidak mengerti bahwa keselamatan hanya didapat melalui iman yang dianugrahkan Allah, untuk percaya kepada Tuhan Yesus.
5.Baptisan air adalah tanda pertobatan. Yohanes tidak mau membaptis orang-orang Saduki dan orang-orang Farisi karena hidup mereka tidak menunjukkan perubahan.
6.Baptisan api bisa menunjukkan penghakiman yang sudah dekat, namun bisa juga diartikan turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta.
7.Jika baptisan Yohanes adalah baptisan pertobatan, mengapa Yesus minta dibaptiskan ? Bukankah Yesus tidak perlu bertobat karna memang Dia tidak berdosa?
MENGAPA YESUS PERLU DIBAPTISKAN ?
1. Untuk menggenapi seluruh kehendak Allah. (3:15). Baptisan Yesus menunjukkan bahwa Yesus diutus oleh Allah dan diperkenankanNya. Deklarasi pengutusan ini disahkan oleh turunnya Roh Kudus dalam bentuk burung merpati dan suara dari Allah Bapa, yang didengar oleh orang banyak saat itu. Penggenapan nubuat Yesaya 42:1
Dalam Yohanes 3:16-17 Allah Tritunggal dinyatakan dengan jelas.
2. Saat itu, Yohanes Pembaptis secara resmi mengumumkan bahwa Mesias sudah datang dan memulai pelayananNya.
3.Yesus menempatkan Diri-Nya sebagai manusia, Manusia berdosa yang akan Dia tebus. Hukuman dosa kitalah yang Dia tanggung.
4.Sbg teladan bagi murid-muridNya, untuk menunjukkan betapa pentingnya perubahan hati, bukan hanya mengandalkan kebanggaan mereka sebagai keturunan Abraham.
5.Yesus tidak dibaptis untuk mengakui dosa apapun (5) karena Dia tidak berdosa. BaptisanNya adalah tindakan untuk memperkenalkan.DiriNya kepada Israel. (Yoh.1:31). Baptisan Yohanes memandang ke depan kepada kedatangan Mesias ( Kis.19:1-7). Baptisan kristiani saat ini memandang ke belakang, kepada kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus Kristus dan menunjukkan identifikasi orang percaya dia dalam Dia.(Kol.2:12, Kis.10:47-48).
" Inilah Anak- Ku yang Kukasihi kepada-Nyalah Aku berkenan."
Yang penting, bukanlah apakah kita dipakai oleh Tuhan, tetapi apakah hidup kita berkenan kepada Allah?.
Renungan Air Hidup, 28 Juni 2016
KEMARAHAN YANG BENAR : MARAH TERHADAP DOSA
Baca: Galatia 1:6-10
"Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain," Galatia 1:6
Mungkin ada di antara Saudara yang sulit sekali tidur semalaman karena hati sedang diliputi kemarahan terhadap orang lain. Mata enggan terpejam dan pikiran dipenuhi rencana-rencana demi melampiaskan amarah yang sempat tertunda.
Sesungguhnya marah adalah hal yang wajar sebagai salah satu bentuk ekspresi dari perasaan atau emosi. Emosi dapat menimbulkan rasa sedih, kuatir, cinta dan bahkan marah. Namun Alkitab memperingatkan: "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:26). Boleh saja marah, tetapi jangan sampai membawa kita kepada dosa. Umumnya orang menjadi marah ketika dirugikan, disakiti, tidak dihargai, dikecewakan atau dilecehkan, sehingga akhirnya timbul suatu keinginan untuk melakukan tindakan balas dendam. Kemarahan semacam ini dapat mengakibatkan perpecahan, permusuhan, dan rusaknya sebuah hubungan ini adalah dosa.
Seperti apa kemarahan yang tidak membawa kepada dosa? Adalah ketika kita marah terhadap hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan. Kemarahan jenis ini adalah bukti bahwa seseorang bersikap tegas terhadap dosa. Sebaliknya ketika kita melihat ketidakbenaran, namun kita diam saja seolah-olah tidak terjadi apa-apa, itu berarti kita telah bersikap lunak atau berkompromi dengan dosa. Rasul Paulus tidak pernah marah ketika difitnah, dihina, dimusuhi, direndahkan atau diperlakukan semena-mena oleh orang lain, tetapi ia akan marah besar begitu melihat ada orang yang memalsukan, melecehkan atau memutarbalikkan kebenaran Injil Kristus sampai-sampai ia mengatakan bahwa orang itu terkutuk. "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia." (Galatia 1:8-9).
Rasul Paulus marah ketika ada orang-orang yang memberitakan injil yang lain, karena hanya ada satu Injil yaitu Injil Kristus!
Disusun Oleh : Pdt. Diana Tjie Setiawan, MCE
0 Komentar untuk "MATIUS Pasal 3"